Berbahagialah Orang yang Miskin dan Berduka

[Matius 5:3-4]

Pendahuluan
Ajaran Yesus ini nampak kontroversial (tidak umum), tetapi justru di situlah uniknya. Bagaimana mungkin orang yang miskin, orang yang berdukacita bisa dikatakan berbahagia? Tuhan Yesus tidak bermaksud membolak-balik kenyataan, tetapi la ingin menunjukkan sebuah kebenaran yang membahagiakan. Kalau kita memahami dan mempraktikkan ajaran ini, barulah kita akan mengaminkannya. Berikut kita akan belajar dari dua pernyataan Tuhan Yesus tentang siapa yang "Berbahagia":

1. Miskin, Berbahagia
Orang miskin tidak mampu memenuhi kebutuhan hidupnya karena itu is sangat membutuhkan pertolongan orang lain. Seperti itulah seharusnya ketika orang yang menyadari bagaimana keberadaannya di hadapan Allah. Orang berdosa di hadapan Allah Yang Kudus. Tidak ada yang dimiliki yang bisa membuatnya "layak" di hadapan Allah. Orang seperti inilah yang akan berbahagia karena merekalah yang akan menerima anugerah Yesus yang datang untuk menebus mereka sehingga mereka menjadi "layak" berada di hadapan Allah.
Gambaran yang jelas untuk hal ini adalah perumpamaan Yesus tentang orang Farisi dengan pemungut cukai (Luk. 18:9-14). Orang Farisi datang kepada Allah membawa semua "kekayaannya". Mereka merasa rohaninya hebat. Inilah orang yang merasa "kaya" di hadapan Allah. Berbeda dengan si pemungut cukai: berdiri jauh-jauh dari altar, tak berani menegadah ke langit, memukul dada. la sadar, ia miskin di hadapan Allah, karena itu ia membutuhkan belas kasihan Allah. Dalam perumpamaan itu, Yesus berkata: "Orang ini pulang sebagai orang yang dibenarkan Allah, dan orang Farisi tidak.

2. Dukacita, Berbahagia
Banyak orang yang hidup dalam dosa, tetapi tetang-tenang dan menikmatinya. Orang seperti ini dalam Alkitab sering disebut sebagai orang fasik. Orang fasik ini tidak peduli kepada Allah, karena itu tidak merasa perlu bersedih atau berdukacita ketika melakukan hal-hal yang jahat. Yesus mengungkapkan bahwa manusia harus tahu bahwa kejahatan itu dibenci Allah. Ada konsekuensi mengerikan yang akan dihadapi oleh para pendosa. Karena itu, orang yang peka suara Allah PASTI berdukacita atas perbuatan yang tidak disenangi Allah, berdukacita karena tidak mampu memenuhi standar kebenaran Allah. Orang seperti ini akan berbahagia karena ia akan menyambut Yesus yang memang datang ke dunia ini untuk memberi kemerdekaan yang sesungguhnya (Yoh. 8:34, 36). Orang yang dimerdekakan dari dosa oleh penebusan Yesus, akan berbahagia karena dosa-dosanya tidak diperhitungkan lagi oleh Allah, dan kebahagiaan ini akan memampukannya hidup mengasihi Allah. [Bandingkan Mzm 32]

Apakah kita merindukan kebahagiaan yang sesungguhnya? Kebahagiaan karena dilayakkan berada bahkan bersekutu dengan Allah? Sadarilah kemiskinanmu dan hiduplah dalam tekad untuk mencari Allah terus, peka terhadap suara Roh Kudus yang ditaruh-Nya di dalam hati kita, sehingga kita sadar manakala melakukan dosa.

Pertanyaan untuk disharingkan:

Baca Mazmur 51. Sharingkan apa yang membuat Daud begitu menyesali perbuatannya dan mengapa ia bisa menyesali perbuatan tersebut!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”