Disiplin atau Rutinitas

Ibrani 12:1-11 (ay.6); Mat 5:20,48.

Pendahuluan
Rutinitas dan pekerjaan yang monoton seringkali menimbulkan kejenuhan. Dan, itu merupakan hal yang manusiawi, namun tak semua rutinitas negatif. Tidaklah mudah membedakan antara rutinitas dan disiplin. Ada beberapa perbedaan yang mendasar antara rutinitas dan disiplin. Meskipun keduanya sangat penting bagi kehidupan, namun keduanya tidaklah sama. Oleh sebab itu, sangat penting menjaga kedisiplinan agar tak berubah menjadi rutinitas. Dalam hidup rohani pun demikian, karena banyak sekali pengikut Kristus telah mengubah anugerah disiplin [misal: ibadah, Saat Teduh, baca Alkitab, mengunjungi orang sakit, Komsel, Doa, dll., yang adalah alat untuk pertumbuhan], menjadi aktivitas- aktivitas rutin yang sama sekali tidak memiliki kuasa untuk mengubah kehidupan.

RUTINITAS DAN DISIPLIN
Rutinitas adalah sesuatu yang kita lakukan untuk menjaga status quo, seperti sikat gigi dan siap-siap berangkat bekerja, ganti oli mobil, mengunci pintu, mematikan lampu sebelum tidur, mengatur tempat tidur setiap pagi, dll. Rutinitas ini menempati posisi penting dalam kehidupan kita, namun rutinitas ini tidak mengubah atau meningkatkan apa pun. Rutinitas hanya menjaga agar hidup kita tetap berfungsi dengan normal. Rutinitas tak membutuhkan perencanaan, emosi dan tenaga terlalu besar. Sedangkan disiplin berbeda. Disiplin bertujuan untuk mengalami perubahan.

Seperti yang dikatakan oleh Dallas Willard: "Disiplin adalah setiap aktivitas yang ada di bawah kuasa kita untuk kita lakukan, yang memampukan kita untuk melakukan apa yang tidak dapat kita lakukan tanpa "usaha terarah". Misalnya, menurunkan berat badan atau membentuk tubuh (sehingga kita tampil dan merasa lebih baik dan berumur lebih panjang); atau belajar ketrampilan baru dalam pekerjaan (sehingga kita bisa mendapatkan promosi atau naik posisi,dsb.). Jadi, kita harus melakukan disiplin-disiplin tertentu untuk segera mencapai tujuan tersebut. Kedisiplinan perlu tenaga, perencanaan dan emosi ekstra.

Baik rutinitas maupun kedisiplinan, keduanya sangat penting dalam hidup kita. Namun, dua hal itu jelas tidak sama. Masalah timbul ketika kita mengizinkan hal yang disiplin menjadi rutinitas saja. Ketika hal itu terjadi, maka disiplin yang kita terapkan, tidak hanya tidak menghasilkan apa yang kita inginkan tapi sesuatu yang berat, menjengkelkan dan membosankan. Masalah ini menjadi hal yang serius, khususnya dalam kehidupan rohani, yaitu disiplin rohani menjadi sekedar rutinitas. Disiplin-disiplin rohani memampukan kita untuk melihat sekilas kemuliaan-Nya dan masuk ke dalam kuasa-Nya yang dapat memberi pembaharuan hidup setiap hari dalam Yesus Kristus. Namun, ketika praktek disiplin rohani diizinkan berubah menjadi aktivitas-aktivitas rutin saja -- maka disiplin rohani itu kehilangan kuasanya untuk membawa kita bertatap muka dengan Tuhan dalam cara-cara yang mengubah hidup.

Pada zaman Yesus hidup di dunia, para pemimpin agama Yahudi begitu ketat menjalankan disiplin keagamaan. Namun disiplin rohani yang mereka lakukan tidak mampu mempersiapkan hati mereka untuk menyambut kedatangan Mesias dan tidak mampu membuat mereka mengenali Yesus saat Dia muncul di tengah-tengah mereka untuk mengajar dan melakukan hal- hal yang baik. Praktik disiplin rohani yang mereka lakukan, tidak membantu mereka bertumbuh dalam kasih, baik kepada Tuhan maupun sesama. Banyak diantara mereka malah menjadi sombong, serakah, mengabaikan orang banyak dan sangat melindungi status istimewa mereka di mata masyarakat. Mereka melihat Yesus sebagai ancaman dan setelah tiga tahun mengawasinya, maka kemudian mereka bersekongkol merencanakan pembunuhan terhadap Dia.

Ketika disiplin rohani menjadi rutinitas, maka kita masuk dalam kehidupan rohani mereka kosong dan dangkat dalam persekutuan dengan Tuhan. Mereka telah menjadi "kuburan yang dilabur putih", seperti yang diamati Yesus -- mereka memuaskan diri sendiri, membenarkan diri sendiri, bangga terhadap diri sendiri, dan congkak. Sebelum kehidupan rohani kita berubah ke arah kondisi seperti itu, dan kita menjadi negatif dan suka menghakimi, kurang mengasihi dan tidak memiliki semangat untuk hidup dalam iman atau melakukan misi Yesus, maka kita perlu mempertimbangkan, apakah praktik disiplin rohani kita benar-benar sesuai dengan yang Tuhan inginkan dan rencanakan.

Sharing:
• Mengapa acapkali aku malas mengikuti aktifitas rohani dan menjalani disiplin rohani seperti : saat teduh, berdoa, baca alkitab, dll? Sharingkan dan bagaimana seharusnya dan jalan keluarnya?

nb: beberapa ide tulisan ini diinspirasikan dari buku 'Disciplines of Grace' by T.M. Moore (2001)

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”