MEMBANGUN KEINTIMAN DENGAN TUHAN

[belajar menyuapi diri sendiri]
Ibrani 12:18-29


Banyak orang berusaha untuk melakukan kehendak Tuhan, tanpa membangun keintiman dengan Dia terlebih dahulu, itu suatu hal mustahil. Firman Tuhan mengatakan, "Bukan dengan keperkasaan dan bukan dengan kekuatan, melainkan dengan roh-Ku, firman TUHAN semesta alam,” (Zakaria 4:6). Jika kita ingin melakukan kehendak Tuhan, maka kita harus mengandalkan Tuhan. Bagaimana cara mengandalkan Tuhan. Hanya satu hal, yakni intim dengan Dia. Ketika kita intim dengan Tuhan, maka Ia akan memberitahukan pada kita apa yang harus kita lakukan. Mari kita belajar dari kasus burung Rajawali. Alkitab menuliskan mengenai rajawali sebanyak 38 kali, jauh lebih banyak dibandingkan merpati atau jenis burung lainnya. Seekor rajawali dewasa memiliki tinggi badan sekitar 90 cm, dan bentangan sayap sepanjang 2 m. Ia membangun sarangnya di puncak-puncak gunung. Sarang itu sangat besar sehingga manusia pun dapat tidur di dalamnya. Sarang itu beratnya bisa mencapai 700 kg dan sangat nyaman. Dengan berdasarkan firman Tuhan, kita akan melihat mengenai beberapa hal yang dapat kita pelajari dari burung rajawali ini, baik itu menyangkut keTuhanan maupun kehidupan kekristenan kita.


Pertama, Seperti layaknya bayi yang lain, ada dua hal yang sangat disukai oleh bayi rajawali, yaitu makan dan tidur. Bayi rajawali akan menghabiskan masa-masa pertamanya di dunia dengan menikmati suapan dari sang induk seteloah kenyang, ia akan tidur lagi. Siklus ini berjalan beberapa minggu, sampai induk rajawali ini terbang dan hanya berputar-putar di atas sarangnya memperhatikan anaknya. Kemudian ia membawanya terbang tinggi dan tiba-tiba, ia menjatuhkan bayi itu. Bayi ini berusaha terbang , tapi gagal. Beberapa saat jatuh melayang ke bawah, induk rajawali ini dengan cepat meraih anaknya kembali dan dibawa terbang tinggi. Setelah itu, dilepaskannya pegangan itu dan bayi itu belajar terbang lagi, dan gagal, ia mengangkatnya kembali. Hal ini dilakukan setiap hari. Hingga hanya dalam waktu satu minggu anaknya sudah banyak belajar, dan mulai memperhatikan bagaimana induknya terbang. Dalam jangka waktu itu, sayap anak rajawali sudah kuat dan ia pun mulai bisa terbang. Kita pun sebagai umat Tuhan juga seperti bayi rajawali, ingin terus disuapi. Jika induk rajawali melatih anaknya untuk mempergunakan sayapnya, Tuhan melatih kita untuk mempercayai firman-Nya dan mempergunakan iman kita, supaya kita menjadi dewasa dan tak terus makan susu belaka, seperti seorang bayi [Ibrani 5:11-14].

Kedua, Berbeda dengan jenis burung lainnya, rajawali diciptakan untuk terbang di tempat-tempat yang tinggi, jauh dari pandangan mata telanjang dan jauh dari jangkauan para pemburu. Burung rajawali memiliki keunikan, jika ia berada di alam bebas, akan menjadi burung yang paling bersih di antara burung lainnya, tapi jika dia berada di dalam sarang dan terikat, ia akan menjadi burung yang paling kotor (hal ini dikarenakan rajawali mengkonsumsi makanan yang berbeda dengan burung lainnya). Tuhan menciptakan kita untuk selalu terbang dan berada di tempat yang tinggi, supaya hidupnya tak melihat dunia belaka dan terikat oleh keinginan dunia belaka. Jadi kita orang Kristen berada dalam ikatan-ikatan duniawi, ia akan menjadi orang yang tercemar [Yoh 17:11,15-19].

Ketiga, Ketika rajawali berumur 60 tahun, ia memasuki periode pembaharuan. Seekor rajawali akan mencari tempat tinggi dan tersembunyi di puncak gunung. Ia berdiam disitu, membiarkan bulu-bulunya rontok satu demi satu. Rajawali ini mengalami keadaan yang menyakitkan dan sangat mengenaskan selama kira-kira 1 tahun. Ia menunggu dengan sabar selama proses ini berlangsung, dan setiap hari ia membiarkan sinar matahari menyinari tubuhnya untuk mempercepat proses penyembuhannya. Melalui proses ini, bulu-bulu baru pun tumbuh, dan rajawali menerima kekuatan yang baru sehingga ia mampu untuk bertahan hidup hingga umur 120 tahun, seperti normalnya rajawali hidup. Kita pun perlu memiliki waktu-waktu khusus untuk proses pembaharuan dalam hidup ini. Membiarkan hal-hal lama yang tidak berguna lagi 'rontok' dan menanti-nantikan dengan sabar pemulihan dari Tuhan. Pembaharuan adalah prinsip Ilahi, dimana Allah memotong segala sesuatu yang tidak menghasilkan buah dalam hidup kita ini agar kita mampu berbuah lebat. Selama kita menantikan Dia, relakan proses pembaharuan itu berlangsung.

Sharingkan:
• Bagaimana dengan kehidupan rohani kita supaya kita berkenan dan setia sampai akhir atau tak mendukakan ROH KUDUS?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”