Keindahan Sebuah Penyembahan

Pengkhobah 4:17

Dalam Pengkh. 4:17, Salomo membukakan suatu realita kehidupan ibadah. Salomo menegaskan bahwa apa yang dilakukan oleh manusia itu bisa menjadi suatu kesia-siaan meskipun hal itu dilakukan dalam bait Allah, dilakukan dalam suatu hubungan yang paling intim antara manusia dan Tuhan. Mengapa kehidupan ibadah ini menjadi suatu kesia-kesiaan padahal kehidupan ibadah ini menjadi suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan bangsa Israel sehari-hari.
Pengkhotbah 4:17 ini diawali dengan suatu perintah: Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah (Pkh. 4:17), kalimat ini bukanlah sekedar saran atau himbauan tetapi kalimat yang diungkapkan oleh Salomo ini merupakan suatu perintah. Menurut bahasa aslinya, kata “menjaga“ disini mengandung suatu unsur kewaspadaan, perhatikan langkahmu. Kemudian ayat ini diakhiri dengan suatu prinsip penting yang menjadi kunci dasar dari seluruh kitab Pengkhotbah, yaitu: “takutlah akan Allah“ (Pkh. 5:6b). Ada 3 unsur penting yang tidak dapat dilepaskan dari suatu ibadah, yaitu: doa, korban dan nazar. Namun, semuanya itu menjadi sia-sia kalau tidak dilakukan di dalam takut akan Allah.

Ketika seseorang hendak berjalan ke rumah Allah sesungguhnya ia sedang berjalan untuk mencari hadirat Allah atau mencari hadirat yang lain. Apakah ibadah itu? Ibadah bukan hanya sekedar duduk, memberikan persembahan atau mendengarkan Firman. Ibadah adalah pertemuan pribadi antara yang dicipta dengan Sang Pencipta, pertemuan antara manusia berdosa dengan Allah yang Maha Suci. Ibadah layaknya sebuah festival. Karena itu, di dalam ibadah ada liturgi, seperti votum, doa pengakuan dosa, saat teduh sampai pada akhirnya, yaitu doa berkat. Sadarkah kita kalau sesungguhnya ketika kita melangkah dalam rumah Tuhan, kita sedang menuju tahta Allah yang Maha Kudus; kalau sesungguhnya kitalah yang membutuhkan Tuhan bukan sebaliknya! Kita bukanlah siapa-siapa di hadapan hadirat Tuhan maka janganlah kita memegahkan diri. Ibadah seharusnya menjadi evaluasi dan refleksi dan juga ucapan syukur kita atas pimpinan-Nya selama satu minggu. Ibadah merupakan suatu persekutuan yang bersifat khusus dan pribadi bukan suatu rutinitas belaka. Inilah peperangan yang sangat mendasar yang sampai saat ini kita hadapi. Pertanyaannya sekarang adalah sudahkah kita mengkhususkan hati ketika kita hendak pergi ke rumah Tuhan? Apakah kita sudah menundukkan diri di hadapan Tuhan dan bukannya memegahkan diri? Ingat, rumah Tuhan disini bukan bangunan fisik tetapi rumah Tuhan yang dimaksud dalam kitab Pengkhotbah ini adalah tempat dimana Allah bisa bersemayam di dalamnya. Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Biarlah kita mengevaluasi diri dan diubahkan dengan demikian Firman Tuhan menjaga langkah kita ketika kita berjalan ke rumah Tuhan.
Ketika masuk dalam rumah Allah, Tuhan ingin supaya kita menjaga motivasi kita, memiliki hati yang siap. Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana caranya ketika kita keluar dari rumah Tuhan ada suatu perubahan dalam hidup kita? Salomo menegaskan bahwa mempersembahkan korban hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh karena mereka tidak tahu kalau sesungguhnya mereka telah berbuat jahat. Hal ini membuktikan apa yang kita lakukan di dalam rumah Tuhan tidak otomatis membuat kita lebih baik di hadapan Tuhan. Bangsa Israel mempersembahkan korban bakaran, mereka melakukan ritual-ritual yang kudus namun pada saat yang sama mereka melakukan praktek dosa. Hendaklah kita memohon pada Tuhan supaya ketika kita masuk dalam bait-Nya yang kudus, Tuhan mengubahkan kita dan sepulang dari rumah Tuhan; kita tahu akan kebenaran maka hendaklah kita memohon pada Tuhan untuk memberikan keberanian, kekuatan dan memampukan kita untuk berubah. Sia-sialah seluruh ibadah kita kalau tidak ada sedikitpun perubahan yang nampak dari diri kita; ketika kita masuk dan keluar dari rumah ibadah kelakuan kita masih sama malah membuat kita semakin jauh dari Tuhan. Orang dapat menangis ketika ia datang dalam ibadah tetapi ketika ia keluar dari rumah ibadah, air matanya tidak berguna; di dalam rumah Tuhan keluar puji-pujian indah dari mulutnya tetapi setelah keluar dari rumah Tuhan, keluar makian dari mulutnya. Sesungguhnya dalam rumah Tuhan itulah saatnya Tuhan memulihkan setiap kelemahan kita. Jagalah langkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Biarlah kita senantiasa menjaga langkah kita ketika berjalan dalam rumah Tuhan dengan demikian hidup kita semakin memuliakan Tuhan.

Sharingkan:
- Bagaimana kesiapan dan suasana hati yang ada pada diri saudara saat saudara beribadah? Sudahkah dapat menikmati setiap bagian yang ada dalam ibadah?
- Bagaimana sukacita dan keindahan yang saudara alami dalam ibadah dapat berdampak dalam kehidupan keseharian saudara?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”