“Menembus Batas Tradisi”

Lukas 11:37-44
M1 = Menerima FT
1. Mintalah kemampuan dari Tuhan agar saudara bebas dari belenggu tradisi yang mengikat saudara selama ini.

M2 = Merenungkan FT
1. Hal apa yang dipermasalahkan orang Farisi ketika mengundang Tuhan Yesus untuk makan di rumahnya? (ay. 37-38)
.....................................................................................
.....................................................................................
2. Bagaimana respon Tuhan Yesus menanggapi tanggapan orang farisi? (ay. 39-44)
.....................................................................................
.....................................................................................
3. Menurut saudara sendiri, apakah segala tradisi manusia dapat menghambat serta dapat dikategorikan “dosa”?
.....................................................................................
.....................................................................................

PENGAJARAN
Tradisi, menurut sebagian orang merupakan hal penting dan tak boleh diabaikan. Jika tradisi dipahami sebagai suatu ideologi, bisa-bisa tradisi tersebut membuat buta dan kolot para pelakunya. Namun jika tak dihargai bisa membuat pelakunya dinilai tak tahu tata krama. Nampak serba salah. Akan tetapi sebenarnya saling memperlengkapi. Tradisi bukan berarti dihilangkan begitu saja, juga bukan berarti dipuja membabi buta. Perlu keseimbangan sebagaimana dijelaskan Tuhan Yesus dalam perikop ini.

Peristiwa di dalam perikop ini merupakan pertemuan resmi Tuhan dengan seorang Farisi (ay. 37). Persoalan timbul ketika salah orang Farisi mempersoalkan pelanggaran Tuhan Yesus terhadap tradisi cuci tangan sebelum makan (ay. 2). Soal cuci mencuci memang jika diinterpretasikan pada masa kini merupakan hal wajar yang harus dilakukan tiap orang guna menjaga kebersihan. Akan tetapi, mau tidak mau, tradisi cuci tangan harus dimengerti kembali pada adat istiadat Yahudi saat itu. Ternyata aturan tradisi tersebut adalah hasil penafsiran harafiah terhadap aturan Tuhan bagi umat Israel untuk mengkuduskan diri ketika hendak memasuki kemah pertemuan (Kel. 30:20). Akibatnya seluruh sikap tingkah laku orang Farisi haruslah menjaga kekudusan diri dari kenajisan. Bahkan orang Farisi tidak hanya menerapkan aturan tradisi ini soal cuci tangan sebelum makan tetapi juga ketika mereka bersentuhan dengan masyarakat sipil dan benda-benda di pasar, mereka pun harus mengkuduskan diri dengan mencuci tangan. Sikap ini membuat diri orang Farisi begitu suci dan kudus sehingga tidak mau dicemari oleh hal lain. Inilah titik persoalan yang ditegur Tuhan Yesus kepada mereka yang sama sekali hanya mementingkan lahiriah, bukan batiniah (ay.39-40). Kesalahan utama orang Farisi terletak menjadikan aturan tradisi sebagai aturan ilahi yang sebenarnya tidak ada kaitannya dengan kudus atau tidak kudusnya seseorang.

Orang percaya saat ini pun diperhadapkan dengan berbagai tradisi/segala aturan non-Alkitabiah yang sering diterapkan begitu saja tanpa adanya proses kritik berdasarkan iman Kristen. Hasilnya pun kehidupan rohani saudara menjadi suam-suam kuku. Tuhan saat ini memanggil saudara untuk melewati batas-batas tradisi manusia. Ingat Tuhan ingin saudara hidup berdasarkan Firman-Nya bukan tradisi. Siapa yang penting atau utama: Tradisi atau Tuhan Yesus?

M3 = Melakukan FT
1. Coba tuliskan adakah tradisi leluhur atau tradisi yang bertentangan dengan kebenaran Firman Tuhan yang masih saudara lakukan!
.....................................................................................

M4 = Membagikan FT
1. Sharingkan kepada rekan-rekan seiman saudara bagaimana dilemma untuk Tuhan melepaskan diri dari segala belenggu tradisi yang tidak Alkitabiah!

“Sekarang aku tahu, bahwa di seluruh bumi
tidak ada Allah kecuali di Israel. !" 2 Raja-raja 5:15b

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”