Mendedikasikan Keluarga dan Diriku Pada Allah

Yosua 24:15

John Howard Payne pernah menuliskan kata-kata yang berbunyi "Mid pleasures and palaces though we may roam, be it ever so humble, there is no place like home" yang berarti tak ada suatu kesenangan atau tempat yang indah selain daripada sebuah rumah (keluarga). Pernyataan diatas menunjukkan bahwa keluarga adalah pusat dari segala kenikmatan atau kesenangan apa pun. Namun tentu hal ini tak mungkin bisa didapat tanpa suatu usaha agar keluarga menjadi ‘surga’ bukan ‘neraka’ (lihat PELITA, 27 Okt) tetapi marilah meneladani seperti Hana yang mendedikasikan anaknya, Samuel bagi-Nya.

kata sacrifice dan dedication adalah dua kata yang sangat berkaitan. Tak mungkin seseorang mendedikasikan tanpa ada pengorbanan. Tentu dibutuhkan suatu pengorbanan dan dedikasi yang pada objek yang benar. Jadi mengetahui dengan tepat kepada siapa kita berdedikasi dan berkorban, maka kita akan mencapai menuai hasil yang tak akan merugikan karena semua itu ditujukan kepada Tuhan Yesus. Langkah sederhana untuk mendedikasikan keluarga pada Allah:

1. Apakah yang menjadi pusat dan fokus kita setiap hari? (1 Samuel 1:2-3,11)

Tak sedikit pasutri yang sangat mendambakan kehadiran seorang anak, namun setelah mereka hadir ditengah-tengah keluarga apakah mereka menjadi fokus atau hal lain?

Hana sangat mendambakan anak, dan ketika ia mendapatkannya, ia memberikan itu kepada Allah agar anaknya dapat dipakai oleh-Nya. Jadi Hana menyediakan waktu mencari dan menyembah Tuhan baik pada waktu sebelum mendapatkan apa yang diinginkannya tetapi juga setelah mendapatkan apa yang diinginkannya, bahkan ia sejak dini membawa Samuel ke dalam rumah Tuhan. Ia memberikan yang ‘terbaik’ kepada-Nya.

* Apakah kita sudah membawa anak-anak kepada Tuhan sehingga sejak dini mereka percaya kepada Tuhan Yesus?

2. Hana berlari ke Tuhan untuk memenuhi kebutuhannya (1 Samuel 1:7,10)

Walau hidup bersama dengan Tuhan, ternyata tak membawa hidupnya menjadi ringan dan bebas dari masalah. Yang luar biasa, ketika ia mengalami masalah, ia membawa pergumulan, sakit hati karena terluka oleh Penina, dll tak membawanya untuk balas dendam, sakit hati atau meninggalkan Tuhan, namun ia membawanya kepada Tuhan. Marilah kita memberikan teladan kepada anggota keluarga dengan cara seperti Hana, ketika mengalami masalah, kita bawa semua hal kepada-Nya.

* Bagaimana dengan diriku, ketika ada masalah lari kemana, atau lari kemanakah untuk memenuhi kebutuhanku?

3. Apakah sumbangsihku dan Nazarku selama aku ada di dunia ini? (1 Samuel 1:11)

Apakah kita memberikan yang terbaik bagi keluarga kita. Artinya tak sekedar dari sisi materi (memberikan sekolah yang terbaik, memberikan kebutuhan sehari-hari yang paling nyaman atau memberikan asuransi bagi mereka, dll) tetapi ada waktu untuk bersama-sama mereka ketika mereka membutuhkan diri kita? Kalau kita ingin mengalami perubahan bagi keluargamu maka nazar apa yang kau berikan kepada mereka? Sekali lagi, ketika kita lakukan hal itu, maka ada pengorbanan yang harus dilakukan, yaitu tak sekedar harta, tetapi juga waktu kita.

Dedikasi selalu menuntut sebuah pengorbanan

Selamat Berkomsel, Tuhan memberkati

Komsel, Minggu ke 4 Oktober 2009

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”