FIRMAN YANG TELAH LAHIR

“Berapa lama lagi engkau berdukacita karena Saul? Bukankah ia telah Kutolak sebagai raja atas Israel? Isilah tabung tandukmu dengan minyak dan pergilah. Aku mengutus engkau kepada Isai, orang Betlehem itu, sebab di antara anak-anaknya telah Kupilih seorang raja bagi-Ku" (1 Samuel 16:1). Perkataan Tuhan kepada Samuel dalam 1 Samuel 16:1 sangat jelas menginsyaratkan dan menyatakan janji atau nubuat bahwa melalui keturunan raja Daud dan leluhurnya akan lahir seorang yang menjadi penghiburan atau memberikan sukacita kelepasan dalam dunia ini. Memang dalam konteks dekat, ayat ini merupakan jawaban bahwa Tuhan telah menolak raja Saul dengan menggantikan dia dengan Daud. Kehadiran raja Daud telah mengubah segalanya bagi bangsa Israel. Namun dalam konteks jauh, ayat ini juga berbicara bahwa dari keturunan Isai akan muncul seorang Raja diatas segala raja dunia ini.
Nubuat ini juga yang kemudian tergenapi melalui aturan sensus penduduk untuk pertama kalinya, oleh kaisar Agustus. Perintah itu membuat Yusuf dan Maria, yang adalah keturunan dari Isai, melakukan perjalanan jauh hingga ke kota leluhurnya, Bethlehem. Tidak hanya Daud yang lahir di Bethlehem, namun akhirnya, Yesus Kristus sebagai keturunan dari suku Yehuda, juga lahir di kota Bethlehem (lihat dalam Lukas 2:4-5 bandingkan dengan Rut 1:1-2, 19; 4:17). Lebih unik lagi, ternyata Yusuf dan Maria memiliki keturunan dari Daud. Dari beberapa ayat itu, saudara dapat melihat bahwa bukan hanya Yusuf saja yang keturunan raja Daud melalui Salomo, tetapi ternyata tunangannya, Maria juga keturunan Daud. Sebagaimana diketahui bahwa Yusuf adalah keturunan Daud melalui Salomo. Memang, Alkitab mencatat bahwa Maria berasal dari keluarga Lewi, tetapi dia juga adalah keturunan Daud melalui anaknya, yang bernama Natan (Lukas 3:31).
Namun sangat disayangkan, mereka melahirkan tanpa ada ruang penyambutan. Tuhan Yesus yang datang memberikan kelepasan atau dukacita bagi umat manusia, ternyata mendapatkan sambutan yang tidak menyukakan. Dalam minggu Advent yang pertama ini, apakah saudara sudah menyiapkan ruang hatimu untuk mengalami kelimpahan Natal-Nya? Apakah saudara terus menerus memaknai ulang arti Natal dalam relung hati saudara, dalam kehidupan keluarga saudara? Kiranya Natal tiada lagi mendatangkan dukacita bagi Allah oleh karena cara penyambutan saudara yang salah dalam merayakan Natal. Kiranya melalui PELITA 116 ini, firman Tuhan terus memberikan makna yang terus bagi saudara dalam mempersiapkan Natal.
Dari Meja Gembala

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”