Ucapan Yang Mengandung Kasih Sayang

“…Ibu, inilah anakmu!” (Yohanes 19:26)

“Kata-Nya kepada murid-Nya (Yohanes):” Inilah ibumu (Yohanes 19:27)…”

Apa yang dikatakan Yesus dalam perkataan ke 3 diatas kayu salib? Mengapa muncul kalimat ini ? Apakah untuk memperbaiki sikap Yesus kepada ibu-Nya yang selama ini tidak ‘hormat’? Atau malah semakin menegaskan Yesus tiada menghormati ibu-Nya? Makna apa yang terkandung di dalam perkataan ini?

Alkitab terjemahan lama menerjemahkan Yoh 19:26: ‘hai perempuan, tengoklah anakmu’. Secara sepintas kalimat ini memberi kesan Yesus tidak menaruh hormat. Hal ini makin ditegaskan dengan sikap Yesus terhadap ibu-Nya pada bagian-bagian yang lain, yaitu (1) Ketika Dia sedang berdebat dengan para imam di Bait Allah – Luk 2:49 (2) Pada peristiwa di Kana - Yoh 2:4 (3) Ketika Yesus diberitahu bahwa ibu-Nya mencari-Nya - Mark 3:33. Luk 2:51 menyebutkan bahwa Maria menyimpan semua itu dalam hatinya. Apakah Maria ada perasaan tidak berharga sebagai seorang wanita yang mengandung tanpa pernikahan yang sah? Bagaimana terhinanya Maria ‘disoroti’ oleh masyarakat saat waktu itu? Sungguh ini perkataan yang tidak mudah untuk dipahami. Kalau melihat secara sepintas memang nampak Yesus tiada menghormati Maria yang melahirkan-Nya. Oleh sebab itu mari kita memahami arti kata yang dipakai. Kata gunai (Gunai – Yun) yang diterjemahkan ‘perempuanbisa mengandung arti yang agak menyesatkan. Kata ini bisa diartikan: budak perempuan atau ini bisa diartikan suatu penghormatan: yaitu seorang nyonya rumah, atau ibu (Brown, Dictionary of The New Testament, vol.3, hal. 1055). William Barclay menegaskan bahwa terjemahan kata ‘ibu’ dalam Yoh 19:26 diterjemahkan dengan tepat sekali (Barclay, Yohanes 1-7, hal.166). Lalu mengapa Yesus tidak menyebut ‘IBU’ dengan kata mhter (mater-Yunani) bukan karena tidak mau menghormati namun menghindari keterlibatan emosi dengan ibu yang dikasihi-Nya, yang akan semakin menambah kesedihan-Nya. Ia tidak menyebutkan nama karena akan membuat hatinya tersayat dan menambah penderitaan-Nya. Dalam perpisahannya dengan ibu-Nya Ia ingin mengatakan bahwa Dia yang disalibkan ini tidak akan lama hadir di dunia ini, tetapi murid-murid-Nya masih ada, merekalah yang akan menjadi anak-anak yang memeliharanya.

Jadi perkataan Yesus yang ke 3 adalah kata-kata penuh kasih dan suatu penghormatan. Ini kalimat terakhir yang ingin disampaikan kepada ibu-Nya bahwa inilah saatnya dimana perasaan terdalam ditumpahkan, suatu perpisahan secara jasmani antara Dia dan Maria yang telah mengandung-Nya. Kalimat ini juga menyatakan luapan kekuatiran-Nya akan keadaan Maria sepeninggalan diri-Nya, Dia memikirkan kesepiannya pada hari-hari mendatang. oleh sebab itu Ia memohon Yohanes untuk memeliharanya (Reynolds, The Gospel of St. John, hal.430); mengapa tidak kepada saudara kandung-Nya? Kita tidak mengetahui ! (walau pun Yohanes dan Yakobus masih ada hubungan saudara dekat). Yang kita ketahui adalah di saat kematian-Nya, Yesus lebih memikirkan orang lain: ia mengampuni orang-orang yang tidak tahu akan apa yang mereka perbuat (Luk 23:26-34); masih sempat ‘menginjili’ orang yang tersalib disamping-Nya (Luk 23:35-53) dan ibu-Nya. Ia lebih memikirkan penderitaan orang lain daripada penderitaan diri sendiri.

Sharingkan!

· Sewaktu seseorang menjelang ajalnya, apakah yang biasa dipikirkannya? Diri sendiri atau orang lain?

· Pikirkan dan praktekkan suatu bentuk kasih yang sesuai kepada orang tua dan orang-orang yang menjadi obyek kasih saudara.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”