Ucapan Yang Mengandung Penderitaan

Yohanes 19:28-30

Johanes 19:28 Sesudah itu, karena Yesus tahu, bahwa segala sesuatu telah selesai, berkatalah Ia--supaya genaplah yang ada tertulis dalam Kitab Suci--:"Aku haus!"

Setelah merasakan puncak penderitaan-Nya, yaitu ditinggal oleh Allah Bapa, maka saat ini ia menghadapi puncak penderitaan secara jasmani, yaitu kehausan dan didera kekeringan selama bergulat dengan maut. Perkataan ini hanya ada di Injil Yohanes. Kata-kata ini menunjukkan:

1. Sebagai Penggenapan Nubuatan Perjanjian Lama
Rasul Yohanes menafsirkan bahwa seruan Tuhan Yesus., “Aku haus!”, untuk mengungkapkan kata-kata ini supaya terpenuhi apa yang dikatakan dalam Kitab Suci mengenai kegetiran sesorang yang sedang menderita dalam Mazmur 22:16 [“Kekuatanku kering seperti beling dan lidahku melekat pada langitlangit mulutku.] dan 69:22 [“Dan pada waktu aku haus, mereka memberikanku minum anggur asam.”]. Bukankah sesungguhnya Dia ingin menghindari cawan ini, Bukankah Aku harus minum cawan yang diberikan Bapa kepada-Ku?” (Yoh 18 :11)? Minum anggur asam yang disiapkan oleh serdadu adalah pemenuhan yang melengkapi firman dan memenuhi kehendak Bapa, sehingga harus mengalami kehausan. Memenuhi kehendak Bapa juga menjadi kehausan Yesus (kerinduan-Nya). Jadi ini penderitaan yang sangat riil dari seorang manusia, bukan permainan sandiwara.

2. Menunjukkan Sengsara Fisik Yang Harus Dialami Oleh Yesus
Tidak diragukan lagi bahwa pernyataan Tuhan Yesus ini adalah ekspresi dari penderitaan-Nya di kayu salib! Bayangkan, mulai dari jam 3 pagi hingga jam 3 sore, Tuhan mengalami deraan dan siksa. Dr. Mark, MD dalam bukunya tentang Penderitaan dan Kematian Yesus Secara Medis, menyatakan bahwa Tuhan bukan saja kehausan tetapi mengalami problem pernafasan, dan gangguan tenggorokan yang parah akibat penyesahan. Kehausan (secara jasmani) Yesus memuaskan kehausan rohani manusia! Marilah kita makin berperan dalam hidup kita agar kehausan dunia ini diisi oleh misi kita sekalian, agar Yesus tidak disalibkan dan harus haus lagi oleh karena kita tidak memberitakan Injil. Kehausan Yesus diatas salib, hendaknya juga menjadi kehausan kita untuk memberitakan kasih-Nya. Lihat kasus Perempuan Samaria - Yoh 7:37.

3. Menunjukkan Pernyataan Yang Harus Disikapi
Ketika Tuhan Yesus berseru “Aku haus!”, maka datang seorang prajurit yang mengunjukkan anggur asam ke mulut Yesus (Yohanes 19:29). Memang seruan Tuhan Yesus adalah sebuah pernyataan, bukan permintaan, namun itu harus disikapi! Dimana para muridNya? Dimana orang-orang yang dikasihiNya? Justru prajurit yang menyalibkanNya yang memberi minum sekalipun hanya cuka dan hanya dicicip oleh Tuhan Yesus. Bukankah pernyataan Tuhan Yesus, “Aku haus!”, harus diresponi? Tidak dengarkah kita seruan-Nya? Mungkin kita terlalu sibuk dengan dosa dan kejahatan, dengan urusan kita sendiri. Pada Jumat Agung, ini mari kita belajar mendengar dan menyikapi seruan-Nya, dahaga-Nya. Mari belajar mengerjakan hidup dan pelayanan yang terbaik bagi Tuhan kita, Yesus Kristus, dengan (1) hidup dalam kebenaran untuk menyenangkan hatiNya.(2) memberikan yang terbaik dengan setia beribadah dan melayani Dia.(3) melayani sesama, mulai dari keluarga kita, lalu teman Komsel dan masyarakat sekitar, sesama jemaat bahkan dunia ini! (Matius 25:31-40).

Sharingkan!

· Apakah respon atau kehausan kita atas apa yang sudah dilakukan oleh Yesus?

· Pikirkan dan lakukan pemberitaan Kasih di minggu ini kepada mereka yang sedang haus rohani!!!!

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”