Menciptakan Mezbah Keluarga

Seorang anak laki-laki memperhatikan seorang yang saleh berdoa, anak laki-laki itu mendatanginya dan bertanya kepadanya, “Maukah Bapak mengajari saya berdoa?” Orang itu mengamati wajah si anak kecil dengan teliti. Lalu ia mencekal kepala anak itu dengan tangannya dan mencelupkannya dengan penuh tenaga ke dalam air! Anak itu meronta dengan panik, berusaha membebaskan dirinya untuk bernafas. Setelah orang itu akhirnya melepaskan cekalannya, bocah cilik itu bernafas dengan tersengal-sengal, lalu bertanya, “Untuk apa Bapak melakukannya?” Orang saleh itu berkata, “Aku baru saja memberimu pelajaran pertamamu.” Anak itu bertanya, “Apa maksud Bapak?” Orang saleh itu menjawab, “ Saat kau rindu untuk berdoa sebanyak kau ingin bernafas, baru pada saat itulah aku dapat mengajarmu berdoa.”

Layaknya bernafas, kitapun harus memiliki keinginan yang dalam untuk bersekutu dengan Tuhan. Tidak semestinya kita menundanya hanya untuk saat-saat krisis atau sewaktu menghadapi tantangan besar. Kita tidak bisa hanya mengandalkan berdoa dalam ibadah di hari Minggu saja. Kita memerlukan satu mezbah keluarga di mana kita dapat memuji Tuhan dan bersekutu bersama serta mendoakan hal-hal yang spesifik di tengah keluarga kita. Sebuah kegiatan yang menyenangkan hati Tuhan tentunya.

Menurut W.R.F. Browning dalam buku “A Dictionary of the Bible”, mezbah dalam Perjanjian Lama adalah tempat pengorbanan yang didekatnya hewan-hewan disembelih dan di atasnya persembahan gandum, anggur dan kemenyan dibakar serta dipersembahkan di alam terbuka. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa mezbah adalah tempat untuk mempersembahkan. Istilah mezbah keluarga berarti tempat atau saat di mana seseorang bertemu dengan Tuhan saat menyembah dan bersekutu dengan-Nya. Oleh sebab itu, keluarga-keluarga perlu menata kehidupan rohaninya dengan menjalin hubungan khusus dengan Allah Tritunggal, salah satu caranya adalah melalui mezbah keluarga.

Memasuki minggu ke-4 di bulan Oktober ini, gereja mendorong saudara sekalian untuk mendirikan dan menjalankan mezbah keluarga di tengah keluarga saudara. Ibadah dalam mezbah keluarga dapat dilakukan secara ringkas, namun ada konsistensi dan kesungguhan di dalamnya. Niscaya mezbah keluarga yang kita dirikan akan menjadi persembahan yang harum dan menyenangkan Tuhan, seperti Nuh menyenangkan hati Tuhan (Kej. 8: 20-22), dan mendatangkan berkat seperti yang dialami Abraham (Kej. 12: 1-7).

Dari Meja Gembala

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”