PERTOBATAN HATI

Pertobatan dan Ketaatan adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Anak Allah yang datang ke dunia melalui peristiwa Natal adalah wujud ketaatan. Dan tentu ketaatan Yesus Kristus tidak sekedar berhenti dalam peristiwa Kenosis (Allah yang menjadi manusia) tetapi ketaatan-Nya hingga akhir hidup di salib. Ketaatan itu seolah-olah menjadi mubazir jika tidak disertai pertobatan setiap saat dari para murid-murid Tuhan Yesus, ribuan bahkan jutaan para pendengar ceramah-ceramah dari Yesus. Pertobatan itulah yang membuat mereka takjub dan menyerahkan hidup mereka, dan tidak sedikit dari mereka yang kemudian menceritakan apa yang mereka lihat dan alami. Pertobatan hati itulah yang menjadi berita demi berita yang disampaikan oleh Yohanes Pembaptis.

Siapa Yohanes Pembaptis? Alkitab menyebut Yohanes Pembaptis sebagai “saksi untuk memberi kesaksian tentang Terang itu. Ia sendiri memperkenalkan diri sebagai “suara yang berseru di padang gurun”. Hakekat dari suara adalah menggema, mengumandang, menyapa serta menyentuh siapa saja; yang tergerak akan menanggapi, yang tidak tergerak akan masa bodoh. Yohanes menyadari sungguh bahwa dia hanyalah utusan. Kesadaran akan identitas inilah yang membuat Yohanes sabar dalam pewartaan dan tegas dalam prinsip pelayanannya, sehingga tidak segan mengatakan orang Farisi dan Saduki sebagai ‘keturunan ular beludak’. Walau pun begitu, ia juga rendah hati sehingga merasa tidak layak membuka tali kasut-Nya. Memang dia pernah ragu akan keMesiasan Yesus (Matius 11:3), namun tidak mengurangi pujian Yesus atas dirinya lebih dari seorang nabi (Matius 11:9). Jadi pantas Elizabet pun adalah seorang yang luar biasa (Matius 11:11).

Bagaimana saudara harus bersikap dalam menyambut kehadiran sang Mesias: Tentu perubahan sikap hidup adalah salah satu tuntutan yang tidak bisa ditawar. Hidup kerohanian seseorang tidak selamanya stabil dan mantap. Adakalanya, ada masa dimana saudara dan saya mengalami ‘keraguan’ atau ‘putus asa’ atau kedagingan atau kuasa dosa begitu kuat menyedot perhatian saudara. Oleh sebab itu, sekali lagi saudara dan saya membutuhkan anugerah dan kasih Allah. Maka di masa advent ini dua sisi persiapan perlu mendapat tempat yang seimbang, yakni persiapan lahiriah dan tidak kalah penting adalah persiapan hati, yaitu dengan ketaatan hidup untuk terus menyenangkan hati Bapa. Hiduplah dengan pertobatan hati dan kekudusan hidup. Jadi selamat berjuang!!!!!

Dari Meja Gembala

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”