Menghidupi Anugerah


Menghidupi anugerah berarti suatu sikap menghargai anugerah yang cuma-cuma, yang sudah saudara telah terima. Suatu sikap yang disertai hati yang mau membalas cinta kasih Tuhan dengan apa pun yang bisa dikerjakan. Suatu kerinduan agar melalui hidupnya yang sudah mengalami anugerah keselamatan itu dapat menyenangkan dan memuliakan Tuhan. Salah satu sikap yang bisa dilakukan oleh setiap saudara, yaitu dengan kedisiplinan dalam beribadah, ketekunan untuk membaca firman Tuhan baik melalui Saat Teduh atau pembacaan Alkitab tahunan, kerinduan untuk dapat memenangkan jiwa atau selalu bersyukur dalam menjalani hidup saudara hari lepas hari.

John Newton lahir di Inggris tahun 1725, si pencipta lagu ‘Amazing Grace’.. Ibunya meninggal saat ia berusia 7 tahun. Ayahnya, seorang nakhoda kapal. Berhubung tiada yang mengasuhnya, maka ayahnya membawanya berlayar. Bocah kecil yang berperangai lembut ini langsung mengalami kejutan berada di dunia pelaut yang kasar dan mabuk-mabukan. Kondisi ini makin parah ketika ia bekerja di kapal lain. Ia mendapat perlakuan kasar dari anak buah kapal lainnya, Pernah ia melarikan diri, tetapi tertangkap dan dipaksa bekerja di kapal lain. Setelah dewasa, ia menjadi pedagang budak dari Afrika Barat dan menjual mereka ke seluruh dunia. Pada 9 Maret 1748, kapal yang diawakinya dihantam oleh badai besar. Di tengah ketakutan luar biasa, ia mulai membaca Alkitab. Ia merasa takjub ketika membaca tentang anugerah Allah kepada manusia yang berdosa. Keesokan harinya di dalam keputusasaan yang luar biasa ia berteriak pada Tuhan dan Tuhan mendengar doanya sehingga akhirnya ia diselamatkan. Dari pengalamannya sendiri itu, John Newton menemukan kontras antara Kasih Allah dan dirinya sebagai seorang pedagang budak belian. Ia bahkan menyebut dirinya “wreck” (barang rongsokan), seorang yang tidak layak menerima anugerah pengampunan dari Allah. Ia begitu memahami anugerah Allah yang ajaib. John Newton merasakan dan mengakui, bahwa setiap hari sepanjang hidupnya ia menerima banyak anugerah Allah. Pada usia 80 tahun, John menjadi pikun. Namun ia berkata, “Tetapi ada dua hal yang saya tidak bisa lupa, bahwa saya adalah pendosa besar, dan bahwa Yesus Kristus adalah Juruselamat yang Besar”. Setelah pertobatannya, ia hidup untuk selalu menyenangkan Tuhan.

Marilah setiap saudara terus berpacu dengan waktu untuk selalu menyenangkan Allah melalui kehidupan yang sudah mengalami anugerah-Nya. Hargailah anugerah Allah melalui hidup saudara!
Dari Meja Gembala 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”