GAIRAH DALAM IBADAH

D
alam seluruh Kitab Suci, ibadah selalu ditempatkan dalam konteks kebutuhan kita untuk mengenal, mengakui, dan memuji Allah. Jadi, bukan hanya karena Allah ingin disembah, tetapi karena Allah ingin agar kebutuhan kita juga terpenuhi. Dalam ibadah yang benar, kita menghampiri Allah sambil membawa hati kita. Kita menaruhnya pada kaki-Nya, sambil mengerti dan percaya bahwa hati kita akan diterima, dihargai, dipelihara selamanya. Kita tidak diciptakan untuk merasa kecil dan kosong di hadirat Sang Pencipta. Allah mendorong kita untuk datang mendekat kepada-Nya dengan penuh keyakinan dan kelayakan.
               Dalam ibadah, kita mengangkat suara dengan penuh sukacita, melalui nyanyian dan pujian. Kita memasuki hadirat Allah dengan doa dan permohonan. Firman yang disampaikan menarik kita ke dalam pelukan Allah. Dalam bersukacita atas segala karunia-Nya, kita mengembalikan bagian Allah lewat persembahan persepuluhan. Dan kehadiran Kristus semakin nyata dalam acara baptisan dan Perjamuan Kudus sehingga keheningan menyelimuti kita dan menggetarkan emosi kita.
               Namun, ibadah tidak dapat dibatasi atau didefinisikan dalam satu tindakan pada suatu saat saja. Sekalipun kita tidak sedang berkumpul dalam ibadah secara formal, kita tetap dapat menyembah Allah melalui sikap dan cara hidup kita. Kita memandang tubuh kita sebagai bait Allah yang kudus sehingga kita menghargainya. Demikian pula, hal itu kita praktikkan dalam tindakan kita satu terhadap yang lain,  sehingga damai sejahtera menjadi inti ibadah kita. Kita dipanggil untuk menjadi penyembah-penyembah Allah, yang bersukacita karena diciptakan untuk itu.
               Ketika sesuatu yang luar biasa indah terjadi, rasanya kita ingin menyanyi, menari, tersenyum, dan tertawa! Bahkan orang dapat menangis karena terlalu bahagia. Rasanya kita ingin menggenggam tangan seseorang lain dan berkata, "Dengar, ini sangat luar biasa! Kamu pasti tidak percaya!" Kita berterima kasih kepada orang yang membuat hal luar biasa itu terjadi dengan cara memeluknya, menelponnya, atau menulis surat kepadanya.
                Allah menciptakan kita, dunia serta segala yang ada di dalamnya. Allah ingin kita bahagia, dikasihi, dan dipelihara. Allah tak akan pernah meninggalkan kita sendiri dan akan menolong kita menjalani masa-masa yang sukar. Allah itu baik! Bukankah itu perlu dirayakan? Setiap hari Minggu, kita berkumpul dengan teman-teman dan keluarga untuk merayakan hal itu dan kita menyebutnya ibadah. Tetapi kita  juga dapat melakukan ibadah setiap hari.
               Lihatlah ke sekeliling dan pikirkanlah hal-hal yang paling Anda sukai lalu bersyukurlah kepada Allah atas semua itu. Nyatakanlah  kebaikan kepada orang lain dan bersyukurlah kepada Allah atas orang- orang luar biasa dalam hidup Anda. Berikan kembali cinta kasih dan perhatian yang Anda terima dari keluarga Anda. Ceritakan pada orang lain tentang kasih Allah yang mengagumkan, itulah cara kita beribadah kepada Allah. Hanya Allah yang layak disembah. Tak seorang pun, di mana pun dan kapan pun dapat dan mau mengasihi kita sedemikian dalam dan memberikan kita begitu banyak seperti Allah kita.
Mazmur 37:4a berkata demikian: “Bergembiralah karena TUHAN.” Ini bukanlah sebuah anjuran, ini adalah sebuah perintah. Jika Anda percaya bahwa, “Jangan berzinah” adalah sesuatu yang harus Anda taati, maka Anda juga harus menaati, “Bergembiralah karena TUHAN.” Atau Mazmur 32:11, “Bersukacitalah dalam TUHAN dan bersorak-soraklah, hai orang-orang benar; bersorak-sorailah, hai orang-orang jujur!” atau Mazmur 100, “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita.” Itu adalah perintah: “Beribadahlah kepada TUHAN dengan sukacita!” Sejauh Anda tidak peduli apakah Anda beribadah kepada Tuhan dengan sukacita atau tidak, sejauh itu pula Anda tidak peduli akan Allah. Ia berfirman agar Anda beribadah kepada Tuhan dengan penuh sukacita. Atau Filipi 4:4, “Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah!

Pertanyaan untuk didiskusikan:
1.      Secara bergiliran, ungkapkan apa yang paling Anda kagumi tentang Allah!
Apakah Alkitab benar-benar mengajarkan bahwa Anda harus mengupayakan sukacita Anda

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”