BAHAYA HEDONISME


BAHAYA HEDONISME
1 Timotius 6:6-10
Pendahuluan
Arti Umum dari Hedonisme adalah Kenikmatan atau kesenangan sebagai tujuan hidup manusia. Menurut kamus Collins Gem (1993), Hedonisme adalah ajaran atau aliran yang menyatakan bahwa kesenangan adalah hal yang paling  penting dalam hidup. Dan fenomena bisa terlihat [walau pun tidak selalu] dari pola hidup mereka seperti: berlomba dan bermimpi untuk bisa hidup mewah, berfoya-foya dan nongkrong di klub-klub malam dan plaza atau hang out; shopping ke pusat-pusat pembelanjaan; nongkrong di Cafe baik sekedar kongkow atau mengerjakan sesuatu sampai pada kehidupan Sex Bebas, dll.
Ide kehidupan ini hanya sekali dan harus dinikmati semaksimal mungkin dipopulerkan oleh Epicurus [341-270 SM]. Kehidupan setelah kematian, tidak dikenal dalam pengajaran Epikuros. Golongan atau penganut Epikuros yang mengajarkan bahwa kebahagiaan dapat dicapai melalui pemborosan yang berlebih-lebihan untuk pemuasan diri. Dalam pengertian modern, ajaran Epikuros inilah yang kemudian dikenal dengan hedonisme. Hedonisme berasal dari kata hedone, yang artinya kesenangan atau kenikmatan atau sensai dari panca indera. Maka prinsip hidup mereka bagaimana bisa menikmati kesenangan dari apa yang mereka peroleh, tak penting itu baik atau buruk, tak penting itu nanti menjadi masalah dalam hidupnya. Yang penting aku puas dan disenangkan olehnya. Oleh sebab itu, hedonisme dan materialisme berkaitan satu dengan lain. Hedonisme secara umum berorientasi kepada hal-hal yang berbau materi.
Paulus mengingatkan bahaya besar dari ketidakpuasan. Kedagingan itu akan menuntut lebih dan lebih banyak lagi. Tampaknya, tidak pernah punya cukup barang dan tak pernah puas dengan barang yang sudah dimilikinya, dsb. Ada sebuah kehausan untuk selalu menikmati yang baru...baru dan baru. Sebenarnya, mempunyai benda atau memiliki uang bukanlah suatu masalah. Mempunyai uang hingga mampu untuk membeli barang juga bukan masalah. Tapi bukan berarti semua barang yang diinginkan perlu dibeli. Selanjutnya, yang dilarang itu adalah ‘cinta’ akan uang sehingga semua orang berbondong, mati-matian untuk memburu uang (ayat 10), sehingga lupa bahwa semua yang akan dikumpulkan itu tidak dibawa pergi ketika mereka mati (ayat 7). Paulus tidak menyebutkan uang sebagai sumber dari segala kejahatan, tapi akar dari ketidakpuasan (merasa selalu tidak cukup) dan masalah kejahatan itu adalah ‘cinta’ akan uang. Itu artinya uang pada dasarnya netral dan disisi lain, uang memiliki banyak ‘kuasa’ dan nilai, sehingga uang mampu memunculkan godaan untuk berlomba-lomba mengumpulkan uang agar dirinya berkuasa ‘mengatur’ orang, oleh sebab itu, Paulus menasehati untuk berhati-hati dan belajar untuk merasa cukup dengan apa yang ada atau selalu bersyukur atas berkat Tuhan. Selama manusia tak puas atau merasa tidak ‘cukup’, maka uang telah mengintip dan menjerat siapa pun hingga mengalami kebinasaan (ayat 9). Oleh sebab itu, sang pengelola uang diberi tanggungjawab yang tidak ringan, agar setiap anak-anak Tuhan tidak berlomba menjadi kaya tanpa menggunakannya untuk kebaikan (Matius 6:19-21; Lukas 12:48b). 
DISKUSIKAN:
1.      Bagaimana seharusnya orang Kristen bersikap atas harta mereka dan melihat tawaran dunia yang menggiurkan?
2.      Apakah ada Mazmur 19:7 – 11 bisa diktegorikan hedonisme kristiani?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”