SURGA DAN NERAKA
LUKAS 16:19-31
Pendahuluan
Kata 'neraka' (Gehena, berasala dari kata bahasa Ibrani Ge-Hinnom - Yosua 15:8 18:16) muncul sebanyak 13 kali di dalam Perjanjian
Baru. Dan 11 dari ke-12 kemunculannya ada di dalam pengajaran Yesus; 7 kali di
dalam Matius, 3 kali di dalam Markus dan satu di dalam Lukas, Yakobus dan Surat
Petrus. Oleh karena itu, kita tidak boleh menghindari pokok ini. Ini adalah
pokok yang nyaman; ini adalah pokok yang berat; pokok yang sangat menakutkan,
yakni ajaran tentang API NERAKA. Neraka itu berhubungan dengan destruction (pemusnahan, pembinasaan, penghancuran). Neraka berkenaan
dengan pemusnahan. Kata api itu acapkali memiliki kekuatan untuk menghancurkan
, memusnahkan! Kata ‘hinnom’ merujuk sebuah lembah untuk pembuangan sampah bagi
penduduk Yerusalem, lalu sampah itu akan dibakar agar tidak menyebarkan
penyakit, yang menakutkan!
Kalau demikian, Mengapa harus ada Neraka? Bukankah
ini menunjukkan Allah kejam? Padahal di dunia yang modern, hukuman mati yang
kejam bagi koruptor, pemerkosa, pembunuh mulai ditiadakan, dengan diganti
hukuman seumur hidup. Mengapa? Karena terkesan tidak beradab. Namun para
penjahat itu jika melakukan kejahatan yang kejam, apakah itu beradab?
1.
Neraka sesungguhnya memaparkan fakta: apa pun
yang kita lakukan di dunia ini, pasti ada penilaiannya atau ganjarannya! Ada
keadilan di dunia ini atau tidak ada. Kita harus memilih salah satu dari
keduanya. Jika keadilan di alam semesta ini tidak ada, maka di dunia akan
datang pasti ada keadilan, yaitu Neraka bagi yang jahat dan Surga bagi yang
berlaku benar! Jikalau keadilan tidak dijalankan maka ada akan kekacauan
(Matius 23:33).
2. Kehidupan itu tidak hanya di Dunia ini! Masih ada kekekalan, itu artinya
hukuman dan upah itu bersifat kekal, tanpa batas waktu, selama-lamanya, bukan lagi ratusan atau jutaan atau
milyaran tahun, tapi SELAMANYA.
3. Untuk menunjukkan Tuhan Allah itu Kasih dan
ADIL. Harus dipahami bahwa kasih tanpa keadilan adalah suatu
'kecemaran'? Keadilanlah yang mencegah manusia menyelewengkan kebebasan dan kasih.
Kasih tanpa keadilan adalah kasih tanpa penopang, tanpa tulang punggung. Ia
menjadi kasih yang tidak memberi diri, melainkan yang egois, rusak, membusuk.
Selalu mengambil dari orang lain, menghisap setiap tetes keuntungan yang bisa
didapat dari orang tersebut, dan ketika sudah habis, lalu Anda campakkan.
Itukah kasih? Memang sudah selayaknyalah ada keadilan di sini, sebagaimana
adanya kebenaran di dalam kasih yang menguatkan kasih tersebut -yang
menyehatkan dan memurnikan kasih. Pikirkanlah hal ini.
4. Pengajaran
ini (hampir sebagian besar ditujukan kepada orang-orang yang beragama –bukan beragama)
bukan untuk menakut-nakuti orang tidak percaya untuk menjadi anak Tuhan. Bukan sama sekali! Tetapi agar-agar
anak-anak Tuhan hidup dalam kewaspadaan, hidup di dalam ketekunan dan kesetiaan
sampai akhir (Wahyu 2:10). Selain itu bagi umat tidak percaya, sebagai
pemusnahan kejahatan!
5. Allah
sesungguhnya tidak menginginkan kematian umat ciptaan-Nya. Namun peringatan Allah hanya
dianggap angin lalu saja. Itu semua akibat dosa. Dosa lah yang membuat manusia
tidak tertarik kepada kebenaran dan dingin akan kebenaran.
6. Terakhir! Jangan lupa, bahwa Allah
tidak sekedar Adil (dengan memberikan hukuman Neraka) tetapi Dia juga adalah
Allah yang Kasih (dengan memberikan Surga yang indah).
Diskusikan:
1. Pelajaran apakah yang bisa kita
petik dari kasus Lazarus dan orang Kaya?
2. Apakah manfaat dan dampak dari
ajaran ini bagi rohani saya?
Komentar