Pertajam Hidup Kerohanianmu

Efesus 1:3-12
Paulus adalah hamba Tuhan yang penuh dengan pengalaman yang sangat beragam dengan Yesus Kristus (yang dahulu ‘dibenci’nya). Perikop ini merupakan pengalaman Paulus bersama Yesus, itulah yang membuat hari lepas hari makin mendekatkan dirinya dengan apa yang diinginkan oleh Allah Bapa (bahasa umumnya: sesuai dengan kehendak Tuhan). Dampaknya: makin dekat dengan Tuhan, makin tahu kehendak-Nya! Makin memahami kehendak-Nya, makin bertumbuh dewasa. Bagaimana mempertajam hidup rohani kita?
1.      Bersyukur Atas berkat yang diterima dan akuilah bahwa Dialah sumber dari semua yang sudah kita terima (ayat 3). Pada umumnya, penghalang besar kerohanian seseorang untuk maju adalah keyakinan diri yang berlebih bahwa apa yang dimiliki kita berasal dari segala JERIH PAYAHku. Padahal kalau Tuhan beri penyakit yang tidak tersembuhkan, baru kita sadar bahwa semua kekayaan, kegagahan, kepintaran, dll dari kita TIADA artinya!
2.      Berjuanglah untuk kekudusanmu bukan untuk keselamatanmu (ayat 4-5), agar hidup Saudara dapat sesuai dengan status pilihan Allah. Dan Dia tidak salah oleh pemilihan-Nya atas diri Saudara (ayat 6). Kata ‘kudus’ (Yunani/hagios - sesuatu yang dipisahkan) ingin menunjukkan kepada kita bahwa setelah kita diselamatkan oleh darah Yesus, maka hidup kita sudah bukan bagian dunia (Roma 12:2) agar tidak tercemar (lihat kasus Simson yang hilang kekuatan (bukan karena rambutnya terpotong tetapi karena hidupnya tercemar oleh wanita, hidup rohaninya hancur alias tidak peka suara Tuhan).
3.      Hikmat dan pengertian didapat oleh kedekatan dengan-Nya (ayat 8-9) melalui doa, merenungan firman Tuhan melalui relasi pribadi atau melalui Komunitas Sel. Karena hikmat dan pengertian dari Tuhan Allah saja (lihat kasus Salomo yang mendapatkan hikmat sehingga banyak orang yang memuji management kenegaraannya). Maka dipastikan jikalau kita dekat dengan Allah, maka segala berkat rohani (hikmat dan pengertiaan adalah suatu hal yang bersifat non-material) akan diberikan kepada kita (ayat 3)
4.      Penundukan diri adalah langkah ketaatan setiap anak Allah (ayat 10 ‘Kristus sebagai ‘KEPALA’).  Paulus adalah seorang yang keras, tetapi setelah bertemu dengan Tuhan, maka ia menjadi seorang yang tunduk secara tulus kepada Tuhan, secara total (no Reserve). Hasil penundukkan diri ini membuat Paulus peka/tajam rohani, sehingga dia tahu apa yang diminta sesuai atau tidak dengan kehendak Tuhan; dia tidak meminta sesuatu yang hanya untuk kepentingan kedagingannya (ayat 11; Roma 2:18; 1 Korintus 1:31) misal: dia seharusnya boleh menuntut banyak hal, namun itu tidak dilakukannya (1 Korintus 9:15,16-19) bahkan memiliki respon yang tidak reaktif (1 Korintus 4:7-13).
Ketika ada keseimbangan dalam pertumbuhan dalam pengenalan akan firman, karakter yang makin menyerupai Kristus dan penerapan firman itu dalam kehidupan sehari-hari mereka. Dan seorang yang memiliki ketajaman rohani, tidak saja hidup memiliki banyak keuntungan (lihat bahan Komsel 30 Sept) tetapi komunitasmu juga merasakan keuntungan juga, gereja juga beruntung memiliki jemaat yang seperti kita.

Diskusikan:
·         Apakah dampak seorang yang tidak pernah bersyukur dan merasa hidupnya karena kemampuan dirinya? Mengapa demikian?

·         Sebutkan keuntungan kita jika memiliki teman rohani yang tajam rohaninya?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”