Mandat Budaya: "Menghadirkan Kerajaan Allah di Bumi"

Kejadian 1:25,28; 2:15; Matius 6:10

Pendahuluan
Acapkali gereja disibukkan dengan Mandat Injil, yaitu memberitakan Injil keselamatan melalui Yesus Kristus, secara sederhana ‘menginjili’. Lalu Mandat Budaya kurang diperhatikan, apalagi oleh gereja-gereja Injili.

Apa itu Budaya?
Budaya itu tidak sekedar menyangkut ‘adat istiadat’, tetapi juga cara kita berpikir, atau cara kita memandang suatu hal, dan cara kita hidup;  sehingga menjadi sebuah kebiasaan yang diwariskan turun-temurun, yang kemudian sulit untuk diubah. [Worldview dan Paradigma]
Budaya tentu meliputi aktifitas suatu komunitas, semangat dan arah masyarakat [mengapa satu budaya: Begitu rajin –harus bangun sebelum matahari terbit dan usai kerja setelah matahari tenggelam--, sedangkan budaya lain: nyantai.

Ia mencakup kehidupan pernikahan, Keluarga, Pengutaraan emosi/kehendak di dalam relasi sosial, Ekspresi manusia dalam suka-duka, marah dan sebagainya.
-      Misal: Suku Dani, kalau berduka, akan potong satu ruas jari tangannya; Eric Clapton ketika kehilangan anaknya yang jatuh dari belasan lantai apartemennya, hanya dengan “diam tanpa lalukan sesuatu, selama setahun dia tidak berkarya”, dll. Orang Yahudi:, undang “tukang nangis untuk hadir di tempat duka sampai ke kuburan”,
-      Jikalau satu bangsa ditaklukkan, maka mereka ambil patung bangsa itu? Ingat kasus Kemah Suci yang dicuri 1 Sam 4:11 - 5: dicuri bangsa Filistin lalu disandingkan dengan Dagon, tetapi selalu rubuh, sehingga
-      1 Sam 4:11,22 “kemuliaan Allah lenyap karena Tabut Allah dirampas
-      1 Sam 5:2-3, 4,7,9,10 dst.

Kondisi Budaya setelah kejatuhan:
1.   Budaya adalah percampuran antara anugerah umum Allahdan evil (kejahatan). Jadi manusia masih mampu menghasilkan sesuatu yang berguna.
2.   Tiada lagi suatu kebudayaan yang sempurna dalam Kebenaran, Keindahan dan Kebaikan sesuai apa yang dikehendaki Allah. Jadi tiada budaya yang satu lebih superior dari budaya lain, atau satu budaya bisa jadi standar atas budaya lainnya.
3.   Kemajuan kebudayaan selalu disertai dengan  pengagungan diri atau kesombongan diri.
4.   Budaya yang sudah ‘tercemar’, makin lama makin rusak, sehingga menghasilkan ketidakpastian, malah tidak menghasilkan pengharapan. Makin tingginya suatu budaya, makin menunjukkan banyaknya gejala sakit jiwa, bunuh diri, dan berbagai ancaman baik itu nuklir, AIDS, pencemaran lingkungan, kekacauan sistem dan lain sebagainya.

Apa itu Mandat Budaya?
Kej. 2:15 “TUHAN Allah mengambil manusia itu dan menempatkannya dalam taman Eden untuk mengusahakan dan memelihara taman itu”.
Kata "mengusahakan" artinya "membajak" atau "mengolah tanah", yang dalam Bahasa Latin digunakan kata "cultura", atau "culture" atau "Budaya". Itu artinya: Budaya adalah tujuan awal Allah bagi manusia. Kalau demikian, budaya bukan dari iblis. Namun Iblis merusakkannya. Oleh sebab itu wajar jikalau Yakobus berkata: "barangsiapa hendak menjadi sahabat dunia ini, ia menjadikan dirinya musuh Allah" [4:4]
Kata “mengusahakan” ini identic dengan frasa “Imam mempersembahkan korban kepada Allah”. Jadi apa pun yang kita kerjakan dalam nama Tuhan, seyogianya Allah hadir didalamnya.
Dalam bahasa latin ‘CULTURA', akar kata Inggris tua ‘CULT' yang berarti “ibadah atau penyembahan”. Jadi sejak awal di Taman Eden, mandat budaya bukan sekedar mencari keuntungan dari kemaksimalan alam, tetapi juga sebagai IBADAH kita kepada Tuhan.
1.   Imitasi Allah di Dunia ini, Sudah?
Dalam pengertian teologia, Mandat Budaya adalah suatu mandat yang diperintahkan Tuhan sendiri kepada manusia untuk menaklukkan, memerintah, memelihara dan mengembalikan alam ciptaan-Nya itu untuk kemuliaan Tuhan (Kej 1:28; 2:15) di “market place”.
“Mengusahakan secara kreatif” agar bumi ini menghasilkan POTENSI yang maksimal. Budaya itu seperti Talenta [modal dasar], nah apakah talenta dalam mengajar, dalam berbisnis, dalam karya seni, dalam hokum, dalam pelayanan social, pelayanan jasa, apakah itu dilakukan dengan motivasi memuliakan Tuhan atau keuntungan pribadi?
Ketika kita melakukan segalanya dengan kreatif, bukankah kita mencerminkan Allah kita yang Mahadasyat?
2.   Gereja/kita menjadi “Duta Allah” atas dunia yang diciptakan ‘baik’ ini boleh kembali memuliakan Allah. Kisah 3:21, Ketika Ia berfirman kepada Abraham: “oleh keturunanmulah maka semua bangsa di muka bumi diberkati”.
3.   Kita SEBAGAI “pengelola” bukan “pemilik dari asset di dunia ini!!!! MAzmur 24:1 katakan bahwa bumi ini milik Allah! Dia hanya representative (wakil) dari Allah

Ruang Lingkup Mandat Budaya?
Kejadian 1:28: "Beranakcuculah dan bertambah banyak; penuhilah bumi dan taklukkanlah itu, berkuasalah atas ikan-ikan di laut dan burung-burung di udara dan atas segala binatang yang merayap di bumi."
1.   Beranak-cuculah dan Bertambah Banyak”
Konsep Chinese :”banyak anak, banyak rejeki” benarkah?
- Apakah kita bertanggung-jawab dengan benar dan baik ketika membangun keluarga?
- Anak-anak kita (kalau diberikan anak?), apakah kita “kelola” dengan benar atau “biarkan” saja begitu saja?
- Ini juga berarti secara rohani, melahirkan suatu komunitas, suatu budaya, suatu keturunan yang ILAHI.
2.   Taklukkanlah = Manfaatkanlah bukan Eksploitasi bumi yang dipercayakan kepada kita.
- Kalau kita sebagai Arsitek, atau Kontraktor bagaimana ketika kita membangun? Untuk cari keuntungan, atau eksplor dari tanah yang ada untuk kenyamanan si penghuni?
- Lihat kasus: Pembangunan Menara Babel, Bait Allah Salomo, dll? Untuk menyatakan keAGUNGan Tuhan atau pribadi?

Tujuan Akhir Mandat Budaya?
1. Kolose 1:16...segala sesuatu diciptakan oleh Dia dan untuk Dia.
Wahyu 4:11 (KJV)"Sebab Engkau telah menciptakan segala sesuatu; dan oleh karena kesenangan-Mu semuanya itu ada dan diciptakan. Bercocoktanamlah, bangun bangunan, bangun computer, gubah lagu. Gunakan kayu untuk bangun rumah. Gunakan kapas untuk membuat baju. Gunakan silicon untuk membuat chip computer.
Ketika kita melakukan kedua hal tersebut, pada hakekatnya kita sementara MENCIPTAKAN BUDAYA dan MEMBANGUN PERADABAN. Dalam teologi, hal ini disebut sebagai "MANDAT BUDAYA." Waktu kita melakukan mandate budaya maka sebenarnya kita sementara diberikan hak istimewa untuk menjadi REKAN PENCIPTA dari Allah!
Maz. 8:5-9. apakah manusia, sehingga Engkau mengingatnya? Apakah anak manusia, sehingga Engkau mengindahkannya? Namun Engkau telah membuatnya hampir sama seperti Allah (Elohim), dan telah memahkotainya dengan kemuliaan dan hormat. Engkau membuat dia berkuasa atas buatan tangan-Mu; segala-galanya telah Kauletakkan di bawah kakinya: kambing domba dan lembu sapi sekalian, juga binatang-binatang di padang; burung-burung di udara dan ikan-ikan di laut, dan apa yang melintasi arus lautan
2.   Mendatangkan “Kerajaan Surga” di bumi dimana kita tinggal.
Caranya:
Hidup yang BerKualitas, hidup yang excellence dalam pelayanan, baik di dlm gedung gereja atau di luar gedung gereja, spy dunia senang oleh tingkah laku murid Yesus.
Secara sederhana, pelayanan kita sudah maksimal belum?
Misalkan:
-      Dalam Ibadah Raya: Worship Leader dan tim, apakah mempersiapkan semuanya dengan baik, bahkan lebih dari itu. Penyambut tamu; Kolektan; seluruh pelayan jangan “on Time” tetapi “before time” juga dengan jemaat.
-      Bidang kesehatan, apakah sudah ramah atas pasien yang datang, “halah… wong dia pakai BPJS, pakai fasilitas ‘kartu tidak mampu’…. Layani aja dengan ala kadarnya, ngga suka protes, syukur sudah dilayani!!!!
-      Sebagai Guru-guru, bagaimana sikap di Kelas atau sebelum masuk kelas (persiapan dengan baik, atau cara piker (budaya)” halah, kita so pengalaman puluhan tahun kok?”.
-      Pengurus pemakaman, apakah selalu merasa ini pelayanan yang sangat menyentuh bagi keluarga yang berduka; atau kalau gratis (jemaat Kristus katanya gratis biaya)… kita berikan ala kadarnya juga?
-      Jemaat: apakah menghargai karya para Koster di Gereja, di Sekolah, di Arimatea, dll.
-      Hal lain: gaya hidup ‘buang sampah’ (kalau di gereja… bungkus kursi itu jadi tempat sampah permen jemaat), di jalanan (mobil Mercy, tapi sikap seperti di naik Becak). Mama saya, saya tegur karena buang sampah di sungai, lalu jawabnya:”Semua gitu kok?” Alamak!!!!!
-      Pemakaian Fasilitas (Air PAM, Listrik, air aqua gelas –minum sedikit, lalu dibuang?; Waktu ambil makanan, apakah sudah dipikirkan: Bisa habis atau ngga; suka atau tidak? Jangan kemudian dibuang, karena kita mampu beli lagi; atau karena gratisan) di Gereja, apakah kita bertanggung-jawab?
-      Budaya antri, sabar ngga?

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”