Passion: The Wide – Open Life
2 Korintus 6: 11-13
Ilustrasi: Semangat dari Nenek Brand
Dalam kunjungan
saya yang terakhir ke India bersama Paul Brand, pada tahun 1990, ia menunjukkan kepada saya rumah masa kecilnya di Kolli Malai
Mountains. Jip kami menelusuri sebuah jalan raya yang sangat bagus. Sebuah
sepeda motor berpapasan dengan kenderaan kami, seorang wanita membonceng dengan
mendekap punggung pengemudinya, dan kain sarinya melambai-lambai seperti
bendera. Lekuk-lekuk jepit rambutnya menggugah
memori Brand. Ia menceritakan, "Dulu belum ada jalan raya. Ketika masih
kecil, saya didudukkan di sebuah benda aneh terbuat dari kain kanvas yang
digantungkan di bahu pengangkut barang dengan mengaitkan pada dua buah bambu.
Ketika sudah cukup besar untuk berjalan, saya berjalan terhuyung-huyung, dan
pandangan mata saya hanya setinggi betis pengangkut barang. Saya menyaksikan
lintah-lintah yang kecil bentuknya meloncat dari semak-semak dan menempel di
betis-betis itu kemudian menggembung oleh karena darah yang diisapnya."
Dalam
perjalanan itu, bagaimanapun juga, kami lebih mencemaskan radiator yang bisa menjadi terlalu panas ketimbang
lintah. Akhirnya kami tiba di jalan
yang rata dan berbelok melintasi sebuah dataran tinggi yang memberi kami sejumlah
pemandangan yang sangat luar biasa, yaitu hamparan
tanaman padi yang menghijau dan garis-garis lengkung yang pucat di cakrawala
yang menandai adanya perbukitan di kejauhan. Aspal tidak tampak lagi dan jalan menurun memasuki sebuah desa kecil. Batu
kerikil mengakibatkan debu, lalu 2 garis bekas ban kendaraan sepanjang barisan
pohon-pohon eucalyptus. Kami
mengikuti garis-garis bekas ban itu selama setengah jam tanpa meihat satu orang
pun, dan saya mulai bertanya-tanya apakah kami telah tersesat.
Tiba-tiba jip
sudah tiba di puncak sebuah bukit kecil dan sebuh pemandangan yang menakjubkan
menyambut kedatangan kami. Seratus lima orang berdiri menantikan kami di
pinggir jalan, dan mereka telah menanti kami selama empat jam. Mereka
mengelilingi mobil kami, menyapa kami dengan gaya tradisional India, kedua
telapak tangan dirapatkan dan kepala dianggukkan. Perempuan-perempuan dengan
sari mereka yang berwarna cerah, yang terlihat berwarna-warni seperti
burung-burung tropis, mengalungkan rangkaian bunga ke leher kami dan memandu
kami ke tempat hidangan yang dihamparkan di atas daun-daun pisang. Seusai
menyantap hidangan, setiap orang menuju kapel berdinding tanah yang didirikan
oleh ayah Paul Brand dan kami disuguhi acara selama satu jam berupa nyanyian,
pidato penghormatan, dan tari-tarian.
Secara khusus
saya ingat pidato yang diucapkan oleh seorang wanita mengenai apa yang telah
dilakukan oleh ibu Paul, Granny Evie
Brand. Ia mengatakan, "Penduduk di wilayah perbukitan ini tidak melakukan
aborsi. Mereka meninggalkan anak-anak yang tidak mereka inginkan di tepi jalan.
Nenek Brand (ibu Paul) memungut anak-anak ini, merawatnya sampai sehat,
mengasuhnya, dan berusaha mendidiknya. Saya adalah salah seorang
anak yang tidak diinginkan, yang dibiarkan mati begitu saja. Jumlah kami ada
puluhan, namun Nenek Brand memperlakukan kami seperti anak-anaknya bukannya
seperti di panti asuhan. Kami menjuluki Nenek Brand sebagai Ibu Bukit.
Keberhasilan saya di sekolah mendorongnya untuk membiayai saya belajar di
sebuah sekolah yang baik, dan akhirnya saya meraih gelar sarjana. Sekarang saya
mengajar ilmu perawatan di University of Madras, dan saya hari ini datang dari
satu tempat yang ratusan mil jauhnya untuk menghormati keluarga Brand atas
jasa-jasa mereka bagi saya dan banyak orang lain."
Setelah
mengucapkan kata sambutan singkat dan menghapus air matanya, Dr Brand mengajak
saya ke luar ruangan untuk menyaksikan peninggalan yang diwariskan oleh orang
tuanya. Ia menunjuk rumah kayu buatan tangan ayahnya, di mana tiang-tiang
penyangga jembatan kecilnya diberi suatu wadah untuk melindunginya dari
serangan rayap. Sebuah klinik yang berfungsi sekaligus sebagai sebuah sekolah -
orangtuanya telah membangun sembilan buah sekolah di daerah perbukitan
tersebut-dan sebuah toko yang menjual peralatan kayu. Sebuah kebun jeruk
membentang di kawasan perbukitan itu, salah satu proyek pertanian Nenek Brand.
Suaminya Jesse, telah mendirikan enam petak kebun untuk pohon mulberry, pisang,
tebu, kopi dan singkong. Beberapa kali Paul mengomentari betapa tingginya
pohon-pohon jacaranda yang ditanam oleh ayahnya tujuh dasawarsa sebelumnya itu.
Bunga-bunganya yang berwarna ungu pucat jatuh berserakan di tanah seperti
karpet. Ketika tiba saatnya untuk meninggalkan tempat itu, ia mengajak saya ke
suatu tempat dimana kedua orang tuanya dimakamkan, di suatu lereng yang
letaknya di bawah pondok di mana ia dibesarkan. Ia mengatakan, "Tubuh mereka memang berbaring di sini, tetapi semangat
mereka tetap hidup. Coba tengok ke sekeliling Anda."
(Dr. Paul Brand adalah putra Jesse dan Evie Brand (Nenek
Brand), misionaris yang meninggalkan kenyamanan hidup di Inggris untuk melayani
di Pergunungan Kolli di India)
Apakah Anda tahu bahwa definisi untuk passion adalah
"keinginan yang kuat atau semangat /antusias akan sesuatu"? Kata
antusiasme berasal dari dua kata Yunani: ‘en’ makna "di/in atau di
dalam/within," dan ‘Heos’ berarti "Allah."
Ya! Passion berarti "in God" Terdengar akrab?
Kristus di dalam kita!
“Kristus di dalam Anda! Pemahaman apa yang
lebih baik dari sumber hasrat yang bisa dimengerti selain hasrat merasakan
kehadiran Tuhan dalam diri kita?”
Kristus di dalam kita berarti bahwa saya terus menghidupi
hasrat Allah dalam hidupku. Apakah Anda pernah mencoba untuk memproduksi
‘passion’ di suatu tempat yang tiada antusiasme? Ini mirip dengan cheerleader yang
mencoba cambuk sekumpulan orang yang apatis menjadi antusiasme. Jika
cheerleader bekerja cukup keras - dan terutama jika sesuatu yang exciting terjadi
dalam sbh game (NBA, Voley, atau apa pun)- mungkin bias berhasil atau mungkin
tdk berhasil. Tetapi antuasias yang ditujukan untuk Tuhan bukanlah sesuatu yang
kita hasilkan karena kekutan yang ada didalam diri kita namun ini lebih
bersifat supranatural.
Gairah adalah percikan yang dari dalam hati
kita, yang disediakan oleh Roh Kudus, yang membakar hidup kita untuk tujuan
Allah bagi hidup kita.
Jadi bukalah hidup Anda untuk mengalami kepenuhan hidup yang
terus-menerus dari Roh Kudus. Apakah Anda ingat apa yang Yesus katakan kepada
para murid tentang kedatangan Roh Kudus sebelum ia naik ke surga?
Dan Aku akan mengirim kepadamu apa yang dijanjikan Bapa-Ku.
Tetapi kamu harus tingga dalam kota ini sampai kamu diperlengkapi dengan
kekuasaan dari tempat tinggi - Lukas 24:49
Itu hadiah yang dijanjikan yaitu Roh Kudus, dan itu adalah
Roh yang memperlengkapi kita dengan kekuasaan dari tempat tinggi. Apa gambaran
yang sangat kuat (powerfull) tentang peran yang dimainkan oleh Roh Kudus dalam
hidup kita?. Hasrat-Nya mengisi kita sebagaimana Dia menghibur, mengajarkan,
memberdayakan/empowering, menasihati, menginsafkan, dan berdoa untuk kita.
Jadi BUKALAH lebar-lebar HATImu (open up wide ur heart, ur
live, ur ministry, etc). Undang senantiasa Roh Allah untuk mencurahkan passion
itu di dalam diri kita. Dia akan – mencurahkan hidup-mu dengan kelimpahan yang
dari Surga untuk memberkati orang lain, dimana pun kita ada. Dan kita akan
menemukan kehidupan yang dipenuhi dengan passion yang tak terbendung, karena
passion itu didorong oleh Allah sendiri
Paulus menulis undangan yang indah untuk hidup seperti
bergairah. 2 Korintus 6: 11-13 [Baca]
“Kehidupan yang terbuka lebar adalah ketika
engkau bangun setiap pagi, dan engkau tahu untuk apa engkau hidup pada hari
ini.”
Ketika saya melihat ke dalam mata suami/istri/orangtua kita/anak2
kita, saya melihat suatu kehidupan yang diubahkan oleh pelayanan dan kasih,
ketika saya memandang Allah yang telah memultiplikasi apa yang kita berikan
kepada-Nya sehingga membuat kita dari
"tidak cukup", menjadi lebih dari cukup. Saya rasa ini terbuka lebar,
jenis ekspansif hidup, dan gairah saya untuk tetap berlari dalam perlombaan untuk
bertumbuh.
Mengapa kita bisa bertahan dari sehari ke sehari, tahun demi
tahun, meskipun kita berulang kali harus menghadapi kekecewaan dan rasa sakit
emosional, terlihat memar dan babak belur seperti perempuan muda yang terjebak
dalam perbudakan, di dalam pernikahan, dalam pekerjaan, dalam pelayanan, dalam
keluarga, dll? Hanya Gairah!!!!!
Apa yang membuat Jemaat Mula-mula [Dalam Kisah Para Rasul]
bekerja keras untuk Injil, meskipun mereka menyaksikan rekan-rekan seiman
mereka dipenjarakan dan disiksa dan paham bahwa mereka sendiri suatu hari juga
akan dilempar ke stadion, untuk menjadi makanan binatang buas? HANYA Gairah.
Gairah menjadi ‘bahan bakar’ [yang menggerakkan-men-drive] bagi ibu-ibu untuk TETAP SIAGA sepanjang malam dalam merawat
anak yang sedang sakit demam. Passion yang menjadi bahan bakar bagi seorang ayah untuk bekerja
siang-malam agar anak bisa sekolah sampai jenjang yg lebih tinggi. Passion yang
menjadi ‘bahan bakar’
bagi seorang wanita untuk merawat orang tua, yang lanjut usia. Passion yang
menjadi bahan bakar
gairah para perawat di panti asuhan yang merrawat anak-anak yatim-piatu, para
lansia, tempat-tempat pemulihan dari kasus abuse atau Narkoba. Gairah Men-drive
hati manusia untuk bertahan melewati kesulitan demi kesulitan ketika semua orang MENIKMATI status quo, yaitu tiada orang
lain yang mau MAJU, TIADA yang mau MELAYANI, TIADA yang MAU BERUBAH lebih BAIK,
tiada yang tergerak untuk menyumbang dana, dll.
Kehidupan Yesus di bumi ini adalah gambaran akhir dari
kehidupan yang penuh gairah. Dia memeluk anak-anak, senang dalam melakukan
kehendak Bapa, menyembuhkan orang sakit, menangisi yang terhilang, membantu
kaum marjinal, makan dengan teman-teman dan tetangga, dan memberi hidup-Nya untuk
menjalani perlombaan. Ketika kita mengamati Yesus dan PENGGERAK-Nya, mata saya
terbuka lebar, bahwa Dia menginginkan kehidupan yang luas, lebar untuk Saudara
dan saya bisa nikmati.
Hari ini saya sangat bergairah dari sebelumnya, full of
vision, full of Faith, full of love, full of hope, full of purpose, full of
zeal/penuh semangat, dan penuh mimpi, bersedia untuk mengambil lebih banyak
tongkat dan melepaskan kepada orang lain seperti yang saya lakukan dalam pekerjaan
Tuhan. Mungkin sama berlaku bagi Anda. Agar Anda tahu bahwa tiada sensasi yang
lebih besar daripada menjalani perlombaan-mu dengan mata Anda yang terus
mengarah kepada Yesus. Dia adalah Harta yang layak untuk kita miliki.
Saya yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik
malaikat-malaikat, maupun pemerintah, baik sekarang maupun masa depan, atau
kekuatan apapun, baik di atas maupun bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak
akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah yang dalam Kristus Yesus, Tuhan
kita. - Roma 8: 38-39
Komentar