Mengutamakan Allah [Matius 6:33]

Matius 22: 1-14; Lukas 14: 15-24.
Untuk Direnungkan
Bayangkan suatu acara pesta pernikahan yang indah. Bagaimana perasaan Anda jika kita memberikan undangan kepada keluarga dan teman-teman, tetapi ternyata mereka tidak datang? Dan itulah yang terjadi dalam cerita ini, dikisahkan dalam 2 perumpamaan yang berbeda oleh Tuhan Yesus.

Sang raja mengundang teman-teman untuk merayakan pernikahan anaknya, tetapi kemudian mereka menolak menghadiri undangan dan pergi dengan berbagai alas an: Yang satu berlasan harus pergi ke ladangnya, yang lain beralasan ada urusan yang harus diselesaikannya. Sedangkan dalam versi Injil Lukas digambarkan dengan lebih berwarna dan detail. Ini gambaran dari orang-orang yang terlalu sibuk dan mementingkan diri sendiri hanya untuk sekedar datang memenuhi undangan ke pesta. Seorang RSVP [Répondez S'il Vous Plaît. - silakan balas jika anda berkenan] berkata bahwa dia tidak bisa datang karena dia harus membeli satu property yang baru ditawarkan kepadanya; terlalu banyak yang harus dilakukan di sana. Yang lain mengatakan bahwa dia disibukkan dengan ternak-ternaknya. Kemudian yang satu lagi beralasan bahwa dia baru saja menikah dan tidak mungkin datang.

Perumpamaan ini diumpamakan suatu panggilan untuk menyembah secara bersama-sama dalam Gereja. Ketika undangan untuk menyembah datang, apakah sikap hati kita: Apatis atau dengan keantusiasan? Apakah kita beralasan untuk tidak menghadirinya? Apakah ada menyimpan 27 hal lain yang tampaknya lebih penting untuk kita lakukan sebagai alasan untuk menghadiri undangan-Nya? Kami ada pekerjaan yang tidak bisa ditunda; kami memiliki tanggung-jawab kepada keluarga atau kami sudah merencanakan acara kebersamaan dengan anak2 kami; pada dasarnya, kami memiliki segala macam hal yang harus dikerjakan hari ini. Tentu saja, semua hal-hal ini bukannya tidak penting. Alkitab JUGA tidak pernah mengatakan bahwa hal-hal itu tidak penting. NAMUN kita harus mengenali apakah hal-hal itu sedang berusaha untuk menyusup dan meminta untuk dinomer-satukan dan menggeser ‘sementara’ (katanya) kita untuk dengan antusias datang merayakan dan menyembah bersama-sama secara kelompok.

Itulah yang ingin disampaikan Yesus bahwa ‘Gereja’ adalah segalanya! Ini adalah ibadah raya atau pesta besar akan kebaikan Tuhan! Menaruh Allah pada hal yang utama dan mendahulukan Kerajaan-Nya (Matius 6:33).

Hal ini bukan sekedar masalah atau isu kedisiplinan belaka- ini masalah hati kita. Allah adalah Allah yang menyukai relasi atau kedekatan, sehingga tidak mengherankan apa yang terjadi selanjutnya dalam perumpamaan ini. Ketika orang-orang yang diundang tidak muncul, maka Allah mengundang orang-orang baru. Perayaan itu harus terus berlangsung. Dia tetap membagikan kebaikan dan kasih karunia-Nya dengan orang-orang yang dengan sukacita menyambut undangan itu sebagai prioritas untuk didahulukan.

Kita tidak boleh lupa bahwa ibadah itu bersifat pribadi dan kebersamaan, ibadah adalah berbicara tentang relasi, dan pengutamaan Allah yang sedang rindu untuk memperkuat relasi dengan kita dalam ibadah.

Ada Hal yang lain yang menarik disini yang perlu kita perhatikan. Dalam kisah di Matius dikatakan bahwa ada seseorang yang hadir dalam pesta ini dengan pakaian yang salah, dengan pakaian yang tidak sesuai untuk pesta itu [22:11]. Lalu apa yang terjadi? Raja menyuruh pegawai istana untuk mengeluarkan dia dari pesta ini.

Tentu disini disebutkan bahwa Yesus akan membuang kita jikalau tidak mengenakan pakai yang pantas dalam ibadah di gereja. Bukan itu maksud-Nya!

Inilah yang terjadi. Pada zaman Yesus, sang tuan rumah tidak hanya menyediakan makanan dan menghiasi rumah dengan mewah, tetapi mereka juga menyediakan pakaian/kain tepatnya untuk para tamu yang datang. Nah pria dalam ay.11 ini dating dan memakai sesuatu yang tidak lazim untuk dikenakan, sehingga itu sautu penghinaanbagi sang tuan rumah, seolah2olah sang tuan rumah tidak mampu atau tidak menyediakan pakaian untuk dikenakannya. Dengan kata lain, ketika pria ini muncul, jelas dia berpikir gampang dan lupa dia sedang menghadap siapa?

Bagaimana hal itu jikalau diterapkan kepada kita? Sebenarnya cukup sederhana, yaitu semuanya berpulang pada masalah hati kita.


Mari kita tidak hanya sekedar pergi dan muncul di gereja secara seenaknya. Kita harus ingat kepada siapa kita menyembah dan beribadah ini. Dia layak untuk kita sembah dan agungkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”