Aku dan konsep hidupku
Nats :
Filipi 3:4b-16
Pendahuluan
Dalam dunia ini selalu dipenuhi
nuansa kehidupan. Dunia menjadi lebih berwarna karena di dalamnya ada manusia
yang kompleks dibanding mahkluk lainnya.
Bila seseorang menyatakan bahwa ia
tidak mempunyai masalah, maka pasti ia yang akan membuat masalah bagi
sekelilingnya. Perjalanan kehidupan manusia tidak mungkin tidak untuk tidak
melalui suatu krisis indentitas dalam dirinya. Dan itu suatu yang normal. Dalam perikop ini rasul Paulus telah melalui
3 krisis dalam hidupnya.
I. I Am Something (v.4B-6)
Kapan manusia merasa dia berarti, berharga di mata
orang lain, menjadi Very Important Person, patut diperhitungkan? Yaitu ketika
ia memiliki “sesuatu” dalam hidupnya yang bisa dibanggakan, dipamerkan,
ditonjolkan kepada orang lain. Itu bisa bibit, bebet dan bobot kita (uang, mobil, rumah,
teman hidup, usaha, gelar, prestasi kita, dsb.), sehingga kita dapat berteriak
“I Am Something”
Paul memiliki semua itu, keluarga
yang berada, pendidikan, pekerjaan dan kesalehannya.
Pd waktu kita berada dlm periode
ini, mudah sekali seorang tergoda untuk menyombongkan diri & anggap diri “lebih”
dari
yg lain --- akibatnya
pasti remehkan orang lain & anggap org
lain
tidaklah penting. Ngaak ada dia pun nggak apa-apa.
Akibat selanjutnya kalau sudah
memiliki “apa-apa” , maka mulai merasa “I can do anything”.
Ilustrasi:
Selama
Perang Dunia II, Harry Truman diangkat menjadi Presiden Amerika Serikat setelah
Franklin Delano Roosevelt meninggal. Truman mengatakan bahwa ia merasa ada
beban yang sangat berat dijatuhkan di atas pundaknya. Karenanya ia meminta
orang-orang berdoa untuknya. Dikatakan pula bahwa rekan lamanya, Sam Rayburn,
berusaha membantunya menjadi orang yang rendah hati dengan berkata,
"Orang-orang akan berkata betapa hebatnya kau, Harry, tetapi kita berdua
tahu bahwa kau sebenarnya tidak hebat."
II. I Am Nothing (v.7-8)
Seseorang menjadi rendah hati (kalau
tidak mau dikata-kan putus asa,
jera), ketika apa yang
dimiliki semuanya itu, ter-nyata tidak berarti apa-apa, tidak berguna sama
sekali, bahkan tidak tidak
dapat membantu masalah yang sedang dihadapinya.
Allah membimbing Paulus ke arah
pemahaman seperti ini, bahwa dirinya terbatas, bukan apa-apa. Ketika ia buta,
ternyata kelebihannya tidak
dapat menyembuhkannya.
Ilmu yg dimiliki tidak beri berkat bagi dirinya dan orang lain. ~ Ams 11:4
Contoh: Musa, pengetahuan yg hebat di Mesir
(40 thn) tidak apa-apa,
nggak bisa memimpin Israel ke Kanaan.
Seseorang
yang berisi, mengajar org lin yang nothing (tdk berisi) akan mengalami kesulitan. Itu yg dihadapi Musa.
Pada waktu kita alami kesulitan yg hebat, segala yg kita
miliki tdk beri jalan keluar, saat
itulah kesadaran menjadi muncul bahwa “I am nothing”. Kadang ada org yg
penting sekali, tetapi Tuhan biarkan dia, tidak tobatkan dan pakai utk menjadi
alat-Nya, supaya dia sadar “He is nothing”
ilustrasi:
Saat membongkar garasi
putra saya, saya menemukan semua trofi yang ia menangkan melalui berbagai macam
pertandingan atletik selama bertahun-tahun. Semuanya itu dimasukkan ke dalam
sebuah kotak kardus, dan siap untuk dibuang.
Saya mengenang darah, keringat, dan air mata yang mengucur demi
mendapatkan semua penghargaan itu. Namun sekarang ia membuangnya. Semuanya itu
tidak berharga lagi baginya.
Saya jadi teringat pada sebuah puisi anak-anak yang aneh karangan
Shel Silverstein berjudul "Hector si Kolektor". Puisi itu mengisahkan
tentang semua benda yang dikoleksi Hector selama bertahun-tahun. Ia
"menyayangi benda-benda itu lebih dari berlian yang bersinar, lebih dari
emas yang berkilauan". Lalu Hector mengundang semua temannya,
"Kemarilah, aku mau membagikan hartaku!" Lalu semua temannya
"datang untuk melihatnya, tetapi mereka menyebut barang-barang itu
sampah!"
III. God Is
everything (v.9-14)
Ini periode
yang dialami Paulus, ia sadar secara total
bahwa segala yg dimilikinya adalah semata-mata “grace of God”
Semua yang kita capai, raih dan miliki bukan karena “kita”
tapi Allah ijinkan kita memiliki (~ Pngk 6:2,6-7).
Sesungguhnya,
yang kita miliki tidak layak kita terima, tetapi kalau itu diberikan kepada
kita, supaya kita menjadi berkat bagi orang lain, memuliakan Tuhan.
Sangat perlu kita berdoa: kalau aku semakin mengasihi Tuhan dengan apa-apa yg kumiliki, ijinkanlah aku menikmati, tetapi kalau
ternyata dengan itu aku semakin
jauh dari Tuhan kiranya jauhkan itu daripadaku (~ Ams 30:7-9).
Bndkan: Kisah Anak yg hilang.
Penutup
Sudah tentu
kerinduan kita adalah kita menjadi merasa Allah segalanya bukan waktu ketika
kita dibanting oleh Allah baru sadar. Berapa orang sih yg sadar bahwa masalah kerohanian adalah sesuatu yang utama. Bukankah acapkali kita menaruhnya kalau
kita sangat memerlukannya (Baptis, nikah, mati, sakit, anak lahir).
Setelah masa-masa itu, kita nggak tahu taruh Allah pada nomer berapa.
Mari kita
perbaharui sikap hidup kita dan pengenalan kita kepada Allah. Kiranya Tuhan
memberkati kita sekalian.
Komentar