“Bagaimana Pelayan Sejati Bertindak”
“Barangsiapa ingin menjadi besar ia harus
menjadi pelayan.” Markus 10:43
“Engkau dapat mengenali mereka dari apa yang
mereka lakukan.” Matius 7:16.
Kita Melayani Tuhan
Dengan Melayani Orang Lain! Dunia mendefinisikan kebesar dari segi kekuasaan,
kepemilikan, kedudukan. Makin banyak yang melayani kita, makin kita berhasil. Tetapi Yesus mengukur kebesaran dari segi pelayanan, bukan status. Tuhan menentukan kebesaran
kita dengan seberapa banyak orang yang kita layani, bukan seberapa banyak orang
yang melayani kita. Dan tentunya ini berlawanan dengan konsep dunia. Menjadi
serupa dengan Yesus, berarti menjadi pelayan.
Memahami SHAPE kita memang penting untuk melayani Tuhan. Dan lebih penting
adalah memiliki hati yang melayani. Tuhan membentuk kita untuk
melayani, bukan untuk mementingkan diri sendiri. Tanpa hati seorang pelayan, kita
akan dicobai untuk menggunakan SHAPE kita untuk
kepentingan pribadi. Kita juga
akan dicobai untuk memakainya sebagai alasan untuk menghindarkan diri dari
memenuhi suatu kebutuhan. Pelayanan utama kita seharusnya berada di wilayah
SHAPE kita, tetapi pelayanan kedua kita adalah dimana pun kita dibutuhkan.
SHAPE akan menyingkapkan pelayanan kita, tetapi hati pelayan akan menyingkapkan
kedewasaan kita. Bagaimana kita mengetahui hati seorang pelayan? Yaitu dari apa
yang akan mereka lakukan? [Mat 7:16]. Oleh sebab itu, pelayan sejati:
1.
Siap melayani. Seorang
pelayan harus siap dipanggil untuk melayani. Seperti seorang prajurit, seorang
pelayan harus siap melakukan tugasnya [2 Tim 2:4]. Pelayan sejati melakukan apa
yang diperlukan, walau pun tidak nyaman. Sebagai pelayan kita tidak dapat
memilih kapan dan dimana kita melayani, sebab sebagai pelayan berarti
menyerahkan hal untuk mengendalikan jadwal dan membiarkan Tuhan menginterupsi
kapan pun bila diperlukan-Nya.
2. Memperhatikan Kebutuhan. Pelayan selalu mencari-cari cara untuk menolong
orang lain. Ketika mereka melihat suatu kebutuhan, mereka langsung siap
mengambil kesempatan untuk memenuhi kebutuhan itu [Gal 6:10]. Ketika seseorang yang
memiliki kebutuhan datang kepada kita, maka Tuhan sedang memberikan kesempatan
kepada kita untuk bertumbuh dalam pelayanan. Tak jarang kita kehilangan banyak
kesempatan Karena kita tidak peka atau kurang spontan. Celakanya,
kesempatan-kesempatan besar tidak pernah berlangsung lama, dan tidak kembali
lagi. John Wesley berkata: “Lakukanlah
semua kebaikan semampu kita, dengan semua sarana yang mungkin kita pakai,
dengan segala cara yang mungkin kita pakai, di semua tempat yang memungkinkan
kita, pada semua waktu yang memungkinkan kita, kepada semua orang yang mungkin
kita hadapi, selama kita sanggup.”
3. Melakukan Yang Terbaik Dengan Apa Yang Mereka Miliki. Pelayan-pelayan
tidak membuat alasan, menunda-nunda atau menunggu situasi menjadi baik terlebih
dulu. Pelayan tidak pernah berkata, “suatu hari nanti” atau “kalau waktunya
tepat” Mereka hanya melakukan apa yang harus dilakukan. Tuhan mengharapkan kita
melakukan apa yang kita mampu, dengan apa yang kita miliki, di mana pun kita berada.
Suatu alasan yang membuat banyak orang tidak pernah melayani adalah Karena takut
bahwa mereka tidak cukup baik untuk
melayani. Mereka percaya kebohongan Iblis bahwa yang melayani-Nya adalah
bintang utama, atau yang sempurna.
4. Melakukan Setiap Tugas Dengan Dedikasi Yang Sama. Apa pun yang
pelayan sejati lakukan mereka melakukanya dengan segenap hati seperti untuk Tuhan dan
bukan untuk manusia. Ukuran tugas tidaklah relevan. Sebab dalam
pelayanan yang kecil inilah kita bertumbuh menjadi seperti Kristus. Yesus
melakukan pekerjaan biasa yang dihindari orang lain: Membasuh kaki, membantu
anak-anak, menyediakan sarapan, dan melayani orang yang sakit kusta. Tidak ada
yang tidak pantas untuk dilakukanNya, karena memang Ia datang untuk melayani.
Ia melakukan semua itu bukan karena Ia tidak
menghiraukan kebesaranNya,tetapi justru karena kebesaran-Nyalah Ia
melakukan semua itu, dan Ia mengharapkan kita untuk memberikan teladan yang
diberikan-Nya. Tak jarang melalui tugas-tugas kecil terlihat hati yang besar
atau hati yang kecil. Jadi tiada tugas yang terlalu hina untuk dikerjakan,
jikalau kita memiliki hati pelayan [lih. Kasus Mat 25:31-40]. Kemana pun
arahnya, kita akan mengembangkan hati seorang pelayan, ketika kita bersedia
melakukan apa pun yang dibutuhkan orang lain dari kita.
5. Setia Pada Pelayanan Mereka. Pelayan menyelesaikan tugas mereka, memenuhi
tanggung jawab mereka, menepati janji-janji mereka, dan menyelesikan komitmen
mereka. Mereka dapat dipercaya dan diandalkan. Mereka tidak membuat komitmen sambil
lalu. Dan aka nada upah yang menanti bagi pelayan yang setia! Bayangkanlah jikalau
Tuhan kemudian berkata:”Baik sekali
perbuatanmu itu, hai hambaku yang baik dan setia, engkau telah setia memikul
tanggung jawab dalam perkara yang kecil, aku akan memberikan kepadamu tanggung
jawab dalam perkara yang besar. Masuklah dan turutlah dalam kebahagiaan tuanmu.”
[Mat 25:23].
6. Menjaga Sikap Yang Rendah Hati. Pelayan tidak
mempromosikan diri atau menarik perhatian pada diri mereka sendiri. Mereka
tidak bersikap maupun berpenampilan untuk memberikan kesan keberhasilan, tetapi
justru “mengenakan baju kerendahan hati untuk
melayani satu sama lain.” Peninggian diri dan sikap pelayanan tidak dapat
bercampur. Pelayan sejati tidak melayani agar dipuji atau diterima orang, -apalagi
menjadi pusat perhatian- tetapi tujuan mereka adalah tinggal dalam hadirat-Nya
[Gal 1:10]. Kita sebaiknya tinggal di tempat sampai Ia memilih untuk
memindahkan kita ke tempat lainnya. Oleh sebab itu, jangan kecil hati ketika
pelayanan kita tidak diketahui atau dianggap remeh. Teruslah melayani
Tuhan! “Karena itu saudara-saudaraku yang
kekasih, berdirilah teguh, jangan goyah, dan giatlah selalu dalam pekerjaan
Tuhan! Sebab kamu tahu, bahwa dalampersekutuan dengan Tuhan jerih payahmu tidak
sia-sia.”
Ayat Hafalan: “Dan barangsiapa memberi air sejuk
secangkir saja pun kepada salah seorang yang kecil ini, karena ia
murid-muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya
daripadanya.” Matius 10:42.
Komentar