Loving Together

(Yohanes 13 : 34-35)
Tujuan : Mendorong jemaat untuk memiliki hidup saling mengasihi satu dengan lainnya seperti apa yang diperintahkan Kristus.
Pendahuluan
Alkisah, seorang pemuda bermimpi. Di dalam mimpinya, semua orang bisa melihat ke hati orang lain, termasuk hatinya sendiri. Pemuda itu sangat takjub dengan situasi itu, menggodanya untuk melihat kepada hatinya sendiri. Ketika memandang hatinya, pria itu semakin takjub, karena hati yang dimilikinya bercahaya dan bentuknya juga bagus. “Hati yang sempurna,” ucap pemuda itu. Lalu ia mulai berkeliling dan mengamati orang-orang di sekelilingnya. Ada yang hatinya berlubang, terluka, ada yang besar dan kecil, ada juga yang bentuknya bagus seperti miliknya tetapi tidak bercahaya.”Wow, ini luar biasa,” sekali lagi pemuda itu berkata dengan takjub, karena tidak didapatinya hati yang sama seperti miliknya.
Ia semakin merasa bahwa hatinyalah yang paling sempurna. Namun ketika ia terus berjalan, ia melihat sebuah ahti berukuran sangat besar, tetapi hati itu bentuknya tidak berarturan. Pemuda itu pun heran karena ada banyak luka menganga pada hati itu, “Sungguh tidak indah sama sekali,” pikir pria itu ia pun berjalan mendekati si pemilik hati itu, yang adalah seorang wanita tua. “Kenapa hatimu seperti itu? Kenapa tidak sempurna seperti milik saya?” kata pria itu setengah pamer.
Wanita itu pun menjawab dengan sabar, “Mungkin karena engkau masih muda, Nak, dan belum terlalu memahami dunia ini.” Wanita itu pun meneruskan, “Setiap saya mencintai seseorang, saya mencungkil hati ini untuk diberikan kepadanya. Setiap saya menolong orang, akan ada hati yang saya bagi pada orang itu. Saat saya masih muda seperti dirimu, saya banyak sahabat, yang membuat saya harus mengiris hati ini untuk dibagikan kepada mereka. Kemudian, saat saya menikah dan memiliki anak, hati saya hampir habis tersayat-sayat demi memahami suami dan membesarkan anak-anak. Namun, ada saat dimana orang-orang juga mulai membagi hati kepada saya. Mereka juga belajar mengiris hati mereka untuk dibagikan kepada saya dan menutup luka-luka yang ada, meski tidak semua berbuat demikian. Itulah mengapa hati saya lebih besar beberapa lipat dari hatimu, dan masih ada beberapa luka menganga di hati ini.
Perkataan wanita ini membuat dirinya terhenyak, lalu mulai sadar bahwa hati wanita inilah yang lebih sempurna. Setiap luka dan lubang yang dimiliki wanita ini sedang berbicara tentang ‘double portion’ kasih yang dibagi dan didapat.
PEMAHAMAN
Perikop ini sebagian dari rangkaian percakapan Yesus dengan para murid dalam Perjamuan Malam Yang Terakhir, setelah Yudas pergi meninggalkan mereka. Ia sedang membicarakan tentang: (1) Esensi Kasih. Ini dibicarakan setelah Yesus membasuh kaki para murid. Dari perikop ini terlihat adanya (a) Ketiadapedulian para murid Yesus, yang tidak bergerak untuk melayani dengan membasuh kaki yang lainnya, sehingga Yesus yang harus turun untuk memberi teladan bagaimana mereka harus mengasihi. Kasih yang diwujudkan dengan bertindak. (b) Selain itu kasih yang egois, yang ditampakkan melalui Pengkhianatan Yudas, yang mengikut Yesus karena ingin mendapatkan ‘sesuatu’ dari-Nya dan Penyangkalan Petrus, karena tidak ingin dipersulit hidupnya, jikalau dia mengakui sebagai murid Yesus. Kasih dalam dunia sekarang ini, pada satu sisi telah didistorsi. Pada satu sisi, kita mengasihi kalau dia satu golongan dengan kita (satu gereja, satu suku, satu komunitas, dll). Di sisi lain, kita prejudice (berprasangka negatif) jikalau seseorang berbuat baik kepada kita. Disini Tuhan menghendaki setiap orang Kristen memiliki kasih yang murni, yaitu tanpa pamrih, tidak curiga atas kebaikan orang, tidak juga memanfaatkan kasih orang untuk ego kita, tidak juga menghakimi orang yang belum mengasihi. Kasih kita seharusnya kasih yang altruis, yaitu mulai memikirkan, mempertimbangkan dan bertindak demi kepentingan orang lain [Mat 22:39]. Kita mengasihi bukan selama kita tidak dirugikan. (2) IDENTITAS murid-murid Kristus, Apakah yang membedakan para murid Yesus dengan kebanyakan orang? Bukan denominasi, doktrin atau organisasi. Tetapi hidup Kasih kita. Kasih membutuhkan objek. Yesus datang ke dunia untuk mati bagi semua orang, bukan  sebagian orang atau golongan. Oleh karena itu kasih harus menjadi bagian hidup atau gaya hidup orang percaya.  Jika tidak, berarti kita sedang membunuh kekristenan, atau menghentikan apa yang menjadi misi dari Yesus.

Kesimpulan: “Jika Yesus adalah Allah dan Dia mati bagiku, maka tiada pengorbanan yang terlalu besar untuk aku lakukan bagi Dia. C.T. STUDD, [Afrika - Pendiri WEC]

Pertanyaan Diskusi
1.    Sharingkan apa yang saudara dapatkan dari Ibadah Minggu yang lalu?
2.    Apakah yang menggerakkan saudara melakukan sesuatu bagi orang lain?
3.    Bagaimana menindaklanjuti secara konkrit untuk mengasihi orang lain itu?

PROYEK KETAATAN:
1.     
2.     
QOUTE: “Tidak Mungkin Mengasihi Tanpa sebuah pengorbanan”
AYAT HAFALAN:
Apapun juga yang kamu perbuat, perbuatlah dengan segenap hatimu seperti untuk Tuhan dan bukan untuk manusia. KOLOSE 3:23-24


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”