BERBAGI HIDUP
(Yohanes 6 : 1-10)
|
Tujuan : Mendorong jemaat untuk BERANI memberi hidupnya untuk
menjadi berkat bagi orang-orang disekitar kita..
|
Pendahuluan
Perjalanan atau pengiringan bersama Yesus
membutuhkan suatu proses yang terus menerus. Relasi aku dan DIA, terjadi
ketika saya menjawab tawaran “ikutlah Aku dan Pikulkan Salib’. Dan dari disitulah
DIMULAINYA perjalanan komitmen, ada
sebuah harga yang harus dibayar. Setelah Yesus memberikan nyawa-Nya untuk kita,
maka saatnya kita yang berbagi HIDUP kepada orang lain. Alangkah menakutkan
jikalau perjalanan kekristenan kita tanpa disertai komitmen.
PEMAHAMAN
Perikop ini tidak
sekedar mengisahkan kehebatan Yesus yang mengubah 5 roti dan 2 ikan; tetapi
sesungguhnya melalui kisah ini, Dia sedang mendidik murid-murid-Nya untuk
melihat kesempitan itu sebagai suatu
kesempatan untuk banyak hal untuk dikerjakan oleh mereka.
Kunci untuk dipakai Tuhan adalah memiliki mata yang jeli dan peka melihat kebutuhan yang mendesak pada orang banyak. Bagaimana mungkin Yesus bekerja melalui kita jikalau kita tidak memiliki perasaan seperti yang DIA
miliki terhadap mereka?
TAK JARANG, kita tidak mau, melangkah
karena beralasan saya tidak punya kelebihan untuk dibagikan.
Langkah pertama untuk mau mau (berani) berbagi hidup,
yaitu dimulai dari (1) Pengorbanan
Waktu. Sebenarnya Yesus menuju Tiberias, untuk mau menyendiri, berteduh
dengan Bapa dan murid-murid-Nya. Namun ketika banyak orang berbondong-bondong
untuk dilayani. Akhirnya, Dia mengabaikan kebutuhan diri-Nya dan melayani
mereka. Di 4 Injil tersebar kisah-kisah dimana Yesus merelakan waktu-Nya
untuk orang-orang. Investasi waktu, adalah awal pengorbanan kita untuk mempengaruhi kekekalan hidup atau
pertumbuhan rohani seseorang. Tidak mungkin Roh Kudus bekerja, kalau tiada
orang yang rela mengorbankan waktu mereka. (2) Pengorbanan Sumber Daya. Kebutuhan yang urgen saat itu adalah makanan.
Dan Yesus ingin tahu langkah apa yang diambil para murid menghadapi masalah
ini? Tuhan Yesus bukannya tidak berkuasa menjadi batu menjadi roti, tetapi
Dia ingin berkarya bersama kita dari sumber daya yang dimiliki oleh kita. Tak
jarang Allah tidak memakai kita melakukan ini dan itu, bukan karena Allah kita tidak berkuasa, tetapi karena kita
menjadi penghalang bagi kuasa Allah tersebut.
Kesimpulan: Jadi melalui mujizat ini, poin pentingnya bukan berapa banyak makanan itu memuaskan orang atau tersisa, tetapi apakah ada orang-orang yang rela menyerahkan dirinya atau miliknya atau waktunya atau materinya, atau karunianya, atau apa pun, untuk dipersembahkan di bawah kaki Yesus? Sehingga melalui ‘persembahan’ kita itu, mujizat terjadi dan banyak orang terberkati!
|
Pertanyaan Diskusi
1. Sharingkan apa yang terjadi dalam
kehidupan (dalam Pernikahan, Pekerjaan, Pelayanan, atau Cross) kita jikalau
tidak ada komitmen?
2. Apakah yang acapkali menghalangi kita
untuk menjadi berkat bagi orang Lain? Mengapa bias demikian?
|
PROYEK KETAATAN apa yang akan kita kerjakan
minggu/bulan ini untuk berbagi hidup?
1.
2.
|
QOUTE:
“if there is no price to be paid, it is also not of value” A. Einstein
|
AYAT
HAFALAN:
“Sebab jika kita hidup, kita hidup untuk Tuhan, dan jika kita
mati, kita mati untuk Tuhan. Jadi baik hidup atau mati, kita adalah milik
Tuhan.” ROMA
14:8
|
Komentar