Buah Roh: Kesabaran
Matius 18:23-34
Kondisi di Lapangan
1 Dunia ini setiap orang
dipacu untuk cepat bertindak, cepat bergerak. Cepat ambil keputusan,
cepat…cepat…cepat. Tidak mudah bagi orang yang suka serba cepat untuk bersabar.
Apalagi KITA hidup dalam zaman yang dipenuhi UJIAN
kesabaran,
- Jika anda sedang terburu-buru dalam perjalanan dan
melihat lampu lalu lintas berwarna merah dan begitu lama menuju hijau, anda pasti jengkel. Ditambah lagi, angkot seenaknya ambil bahu jalan!!!!
Antrian waktu pesta makan… antrian di Bank, dsb…
- Bahkan sampai menunggu pasangan hidup kita. Tetapi
sesungguhnya, Kesabaran itu bukan sekedar atau terbatas
hal-hal itu.
PENDALAMAN:
Kata Macrothumia dari kata Macro - macro yang berarti panjang, dan thumos yang
artinya temperamen.
1.
Arti secara kiasannya berarti "makan waktu lama untuk mendidih.". Ketika kita mencoba mengerti arti kata ini, coba sejenak pikirkan sepanci air yang sedang mendidih. Faktor-faktor apa
yang menentukan kecepatan sampai air itu mendidih? Ukuran tungku? Rasanya tidak. Kelebaran sebuah pancinya? Perangkat itu mungkin bisa berpengaruh, tetapi faktor
utamanya kondisi besar/kecilnya si API. Kesabaran itu adalah sebuah usaha untuk "menjaga agar api tetapi dalam posisi kecil."
Jadi kesabaran itu menunjuk pada pengertian bahwa kemarahan itu untuk bisa meluap perlu waktu yang panjang.
2. Kualitas ketahanan (makrothumia) digambarkan seperti seorang yang tahan menghadapi provokasi dengan tidak sesegera membalas atau melontarkan kekesalannya. Kualitas ketahanan seseorang ini tidak semudah atau secepatnya meledak-ledak atas provokasi seseorang.
3.
Cara orang Tionghoa menuliskan kata sabar adalah
dengan lambang pisau di atas jantung [忍耐 = Rěnnài].
Kesabaran berarti kemauan yang terus diuji, seperti pisau yang menancap pada hati. seolah-olah kesabaran itu sesuatu yang memang tidak mudah, terlihat begitu menyakitkan.
Tidak sedikit dari kita yang memiliki sumbu pendek,
artinya mudah sekali kehilangan kesabaran dan menjadi marah; tersinggung dengan
kata-kata yang kurang mengenakkan saja amarah kita langsung meledak dan tak
terkendali. Pemazmur mengingatkan,
GAMBARAN KESABARAN [selalu dikaitkan dengan relasi dengan manusia]
1. Kesabaran dan Pengertian itu berhubungan sangat
erat ["Orang yang sabar besar pengertiannya" - Amsal
14:29]. Ketidaksabaran biasanya bersumber dari ketidakmengertian kita atas kondisi orang atau kondisi di lapangan.
Diceritakan ada
seorang raja yang memutuskan untuk menyelesaikan rekening-rekeningnya dengan
mereka yang meminjam uang darinya. Sang Pemegang Buku Debitur, yaitu bendahara yang dipercayakan mulai memanggil satu demi satu, lalu sampailah pada
giliran untuk menyodorkan seorang yang berhutang 10.000 TALENTA.
1 Talenta =
6.000 Dinar X 10.000 [talenta] = 60.000.000 x 100.000 (UMP Papua/hari] =
6.000.000.000.000 [6.000 trilyun]
Sang raja
dengan cepat menyatakan bahwa laki-laki itu bersama istri dan anak-anaknya harus dijual untuk melunasi hutang. Dan nampanya tidak akan mungkin mampu melunasi sampai akhir hidupnya untuk membayar. Orang itu akan kehilangan segala-galanya dan
semua orang yang ia sayangi. Tidak mengherankan. kalau dia segera sujud menyembah, dan berkata: "Sabarlah dahulu, segala hutangku
akan kulunaskan." Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan
gamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya (Matius 18:26-27).
Kata "sabar" muncul dengan penampilan yang mengejutkan di sini. Orang yang berhutang itu tidak
memohon belas kasihan atau pengampunan; tetapi ia memohon kesabaran.
Sama ganjilnya adalah
penampilan tunggal dari kata ini. Jikalau tiada
kesabaran, maka tidak akan ada juga kemurahan hati atau belas-kasihan. Ternyata sang raja memang sabar, dan karena kesabaran si Raja, maka hamba itu 'diputihkan' dari hutang triluyan rupiah.
Kisah ini ternyata tidak berhenti happy-ending disini. Kisah itu kemudian berlanjut dan terjadi penampakan yang lebih mengejutkan: Tokoh yang baru saja diampuni dari
gedung istana Raja dalam perjalanan pulang dan bertemu seorang yang berhutang uang kepadanya, hanya 100 dinar kepadanya. Ia segera menangkap
dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar hutangmu!
Lalu segera si hamba yang hutang 100 dinar itu pun memohon kepadanya: "Sabarlah
dahulu, hutangku
itu akan kulunaskan. Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya. (Matius 18:28-29). Kalimat yang sama disampaikannya kepada sang raja, terdengar olehnya dari si temannya itu, Namun respon yang berbeda dipaparkan kepada kita.
Setelah berita ini terdengar oleh raja. maka sang raja terperangah. Bagaimana hamba ini bisa begitu tidak sabaran, padahal rekannya hanya berhutang begitu kecil?. Tinta dari cap yang belum kering itu pun segera DIBATALKAN atas orang itu.
Seharusnya, orang yang baru saja diampuni
dan dibebaskan dari hutang sangat besar pasti akan memiliki
kasih sayang yang sangat besar. Tetapi nyatanya tidak!!!! "Hai hamba yang
jahat, seluruh hutangmu telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku.
Bukankah engkau pun harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani
engkau?" (Matius 18:32-33).
Kesabaran
sang raja tidak berdampak dan menghasilkan perbedaan apa-apa dalam hidup orang itu. Ia diberi
banyak kesabaran tetapi ia tidak memberi kesabaran, sehingga ia kita bertanya-tanya apakah ia sesungguhnya
mengerti pemberian yang ia terima?
"Maka marahlah
raja itu dan menyerahkannya ke penjara sampai ia melunasi seluruh hutangnya"
(Matius 18:34 - Alkitab New Living Translation).
UNTUNG kisah itu hanya sebuah perumpamaan..
KEGAGALAN HAMBA yang diampuni 6
ribu talenta itu adalah kurangnya pengertian = gagal paham!!!!
Apakah mungkin ketidak-sabaran hamba
itu atas hamba lainnya karena tidak
memiliki pengertian?
Contoh: ada seorang yang ‘tidak-sabar’
krn kurang mengerti.
Beberapa waktu lalu saya mengikuti KMS di SAAT. Dalam acara pembukaan, ada beberapa orang terdengar suara obrolan sepanjang ibadah, sehingga beberapa orang di depan pada menoleh ke belakang. Tampak di wajahnya tidak sabar melihat orang yang duduk di barisan paling belakang itu ngobrol. Terasa menganggu konsentrasi untuk mendengar firman Tuhan yang disampaikan.
Seusai ibadah. panitia memberitahukan bahwa ada peserta dari Taiwan dan seorang Dosen Mandarin yang membantu menerjemahkan diperkenalkan. Setelah penjelasan itu, maka mendadak, segala sesuatu berubah. Kesabaran mengganti
ketidak-sabararan. Mengapa? Karena kesabaran selalu menempel pada pengertian.
Amsal mengatakan "Orang yang berpengertian, berdiam
diri" (Amsal 11:12 - NIV). Bagian lain berkata, "Orang yang berpengertian berkepala
dingin" (Amsal 17:27). Jadi hubungan antara pengertian
dan kesabaran tidak bisa dipisahkan.
Sebelum kita ber-sumbu-pendek, meluap-luap emosi kita, dengar dan diam diri itu tidak ada ruginya. Sebelum kita meletuskan persediaan peluru-peluru kita untuk menyerang, lawan bicara kita dengarkan kondisi sesama kita (band. Kol. 1:11,
3:12-13)
PENUTUP
Seorang anak memiliki
sifat yang suka marah. Ayahnya memberikan kepadanya sekantong paku dan
mengatakan agar setiap kali rasa marahnya timbul, agar ia memasukkan sebuah
paku di dalam pagar kayu yang ada di belakang rumah mereka.
Pada hari pertama ia memaku 37 paku ke dalam pagar. Kemudian secara bertahap setiap hari jumlah paku yang dimasukkan menjadi kurang. Ia berpendapat bahwa lebih mudah untuk menguasai rasa marahnya daripada memasukkan paku ke dalam pagar itu.
Akhirnya, tibalah hari di mana anak itu sama sekali tidak timbul rasa marahnya. Hal ini ia ceritakan kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan anak pemuda itu mencabut paku-paku itu satu persatu setiap hari ia berhasil untuk mengendalikan rasa marahnya.
Hari lepas hari lewat dan akhirnya tibalah hari dimana ia dapat mengatakan kepada ayahnya bahwa semua paku di dalam pagar telah tercabut.
Ayahnya membimbing anaknya ke pagar itu. Ia mengatakan, Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, namun lihatlah lubang-lubang pada pagar itu. Keadaan pagar itu selamanya tidak akan bisa sama lagi seperti semula. Tatkala kamu mengatakan sesuatu di dalam kemarahanmu, mereka meninggalkan sebuah bekas luka seperti yang kita lihat.
Kamu dapat memasukkan sebuah pisau di dalam tubuh seseorang. Tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf kepadanya, luka itu masih tetap di sana. Kata-kata yang melukai sama buruknya seperti luka-luka jasmani. (Anonim)
Pada hari pertama ia memaku 37 paku ke dalam pagar. Kemudian secara bertahap setiap hari jumlah paku yang dimasukkan menjadi kurang. Ia berpendapat bahwa lebih mudah untuk menguasai rasa marahnya daripada memasukkan paku ke dalam pagar itu.
Akhirnya, tibalah hari di mana anak itu sama sekali tidak timbul rasa marahnya. Hal ini ia ceritakan kepada ayahnya. Kemudian ayahnya mengusulkan anak pemuda itu mencabut paku-paku itu satu persatu setiap hari ia berhasil untuk mengendalikan rasa marahnya.
Hari lepas hari lewat dan akhirnya tibalah hari dimana ia dapat mengatakan kepada ayahnya bahwa semua paku di dalam pagar telah tercabut.
Ayahnya membimbing anaknya ke pagar itu. Ia mengatakan, Kamu telah melakukannya dengan baik, anakku, namun lihatlah lubang-lubang pada pagar itu. Keadaan pagar itu selamanya tidak akan bisa sama lagi seperti semula. Tatkala kamu mengatakan sesuatu di dalam kemarahanmu, mereka meninggalkan sebuah bekas luka seperti yang kita lihat.
Kamu dapat memasukkan sebuah pisau di dalam tubuh seseorang. Tidak peduli berapa kali kamu meminta maaf kepadanya, luka itu masih tetap di sana. Kata-kata yang melukai sama buruknya seperti luka-luka jasmani. (Anonim)
Komentar