Berjalan Bersama Dia

Keluaran 33:1-23
PENDAHULUAN
Kenikmatan atau kepuasan yang terbesar dari perjalanan hidup kita sebagai anak-anak Tuhan, bukan terletak pada pemberian-Nya (present) tetapi pada kehadiran-Nya (presence).
Thomas A Kempis
-        Seorang kekasih yang bijak tidak memandang pemberian dari Dia yang mengasihi lebih daripada Dia yang memberikannya.
Jika kita hanya berfokus kepada pemberian, Akibatnya kita akan sibuk dengan ‘pemberian2-Nya”, sehingga mengabaikan kehadiran sang Pemberi.
Ironi yang menakutkan bagi kita semua, namun hal itu seringkali kita lakukan dalam kehidupan kita sebagai orang-orang percaya.
Mengapa hal ini bisa terjadi?
Semua itu sangat mungkin terjadi karena sesungguhnya kita tidak benar-benar terkoneksi dengan Allah (unconnected with god). Kelihatannya “terkoneksi” tetapi sebenarnya tidak.
Dalam awal tulisan di bab “Suam Kuku”, Francis Chan, berkata demikian:”Apa yang akan memadamkan ‘terang Injil” dalam hidup kita ini, bukan keraguan ilmiah, bukan Ateisme, bukan Panteisme, bukan Agnostisme, tetapi orang-orang yang tetap rajin ke gereja tetapi tetap sombong, suka pamer, egois, dan hatinya kosong, menyalahkan orang lain.
Merasa kita adalah tanah yang baik
David Goetz “Terlalu banyak kehidupan baik berakhir sebagai racun, membuat kita hancur secara rohani.”
APLIKASI: Mungkin kita seringkali melihat teman, saudara atau siapa saja yang meng-upload di media social bahwa dia sedang beribadah. Apakah mereka sungguh-sungguh terkoneksi dengan Allah saat beribadah?
Bagaimana dengan mereka yang datang beribadah terlambat, bahkan ada yang datang sudah hampir selesai kotbah, ada yang tidur saat kotbah, ada yang chatting saat kotbah, ada yang selfie2 bahkan ada bermain game saat kotbah. Hal ini mungkin tidak diketahui oleh orang-orang yang melihat atau membaca status mereka yang menunjukkan bahwa mereka sedang beribadah.
Tentu setiap orang percaya ingin hidupnya terkoneksi dengan Allah.
BAGAIMANA supaya bisa terkoneksi dengan Allah dan hidup berjalan dengan-NYA?
1.    KITA HARUS  MENDENGAR ALLAH
Keluaran 33 adalah satu bagian dari perjalanan kehidupan bangsa Israel, yang jatuh ke dalam jurang paling bawah di dalam peristiwa penyembahan patung lembu emas di Keluaran 32.
Di sinilah kita melihat satu perubahan dan pertobatan sejati muncul di dalam hati umat Tuhan yang akhirnya menyadari apa yang paling penting di dalam hidup ini.
Pasal 32 mengisahkan tentang kemarahan Allah atas Pemimpin Israel (Harun dan Miriam )yang  membawa bangsa pilihan-Nya menyembah lembu Emas. Dalam murka-Nya,Allah menyesal telah memilih bangsa ini. Dan dalam penyesalan-Nya, Ia ingin menghapus mereka dalam memori-Nya.

Tetapi Musa sebagai seorang pemimpin yang bertanggung jawab, mencoba melunakkan hati Allah yang sudah begitu murka dengan orang Israel dan menyebut merekabangsa ini,” this people, bukan My people lagi. (32:9-11).
Di bagian ini kita dapat melihat kebesaran hati Musa sebagai seorang pemimpin. Meskipun dia sendiri marah sekaligus jengkel atas perbuatan bangsanya, tetapi sebagai pemimpin yang bertanggung jawab, dia datang memohon belas kasihan Allah atas umat-Nya.
Memang, Allah akhirnya mengijinkan Musa kembali membawa umat-Nya menuju tanah Perjanjian. Namun, Allah ‘MENGANCAM’ tidak akan berjalan Bersama-sama dengan umat-Nya yang tegar tengkuk itu.
Mendengar ancaman itu, maka berkabunglah bangsa Israel. Dan Musa kembali memohon kepada Tuhan, “Ingatlah bahwa bangsa ini umat-Mu” (Keluaran 33:13b,16). sebuah permohonan yang luar biasa dari seorang pemimpin.
Satu hal yang indah dari doa Musa di ayat 13 berkata: “Maka sekarang, jika aku kiranya mendapat kasih karunia di hadapan-Mu, beritahukanlah kiranya jalan-Mu kepadaku (Teach me your way, O Lord). Musa memohon supaya Tuhan sekali lagi mengajar dia dan Musa terlebih dahulu memberikan teladan kepada bangsa Israel bagaimana dia mau taat mendengar suara Tuhan.
Aplikasi: Bagaimana dengan kita? Apa yang kita cari saat kita mengawali kehidupan kita di pagi hari? Apa yang menjadi tujuan kita saat kita beribadah kepada-Nya? Mau mencari dan Mendengar Suara Tuhan, atau sibuk dengan berhala-berhala (“patung lembu emas”)
Bandingkan dengan kasus Matius 13:44
Keantusiasan telah membawa orang ini menjual seluruh yang dimilikinya, supaya bisa mendapatkan satu-satunya yang penting baginya.
Ia tahu, apa yang ditemukannya (Kerajaan Surga – konteks Mat 6:33 – Carilah Dahulu Kerajaan Allah dan Kebenarannya, maka semua akan ditambahkan kepadamu) lebih berharga daripada  yang telah dimilikinya (dunia yang me-raja-i-nya). Ia lalu berusaha menjualnya semua yang dipunyainya, agar mendapatkan hal itu.
Saat ini, hampir semua orang silau juga oleh allah-allah yang bisa kita pegang, kita lihat, kita puja seperti lembu emas masa itu- kuantitas dan asesori… kesuksesan diukur oleh apa yang bisa kita raih, tapi bukan yang esensi.
Bagian ini ingin memaparkan raihlah yang esensi!
Aplikasi: Apa yang kau anggap penting, hal itulah yang akan engkau kejar. Apa yang hal penting bagi-mu?
Terlalu banyak hal yang membuat Tuhan itu muak… terlalu banyak hal, yang membuat Allah itu membinasakan kita (33:3 “Sebab Aku tidak akan berjalan di tengah-tengahmu, karena engkau ini bangsa yang tegar tengkuk, supaya Aku jangan membinasakan engkau di jalan.”
-        Saya sangat setuju, kalau ada yang datang terlambat, tidak usah diberi kursi tambahan. Tidak usah dilayani, cari sendiri lokasi,
-        Saya kadang merasa ‘aneh’, sudah datang terlambat, tetapi minta kursi sejumlah yang hadir.
2.    MEMOHON TUNTUNAN ALLAH (ay.15)
Permintaan Musa yang selanjutnya, yaitu memohon penyertaan Allah dalam perjalanan dia dan bangsanya.
Ayat 15, “Jika Engkau sendiri tidak membimbing kami, janganlah suruh kami berangkat dari sini…
Hati Musa luar biasa. Dia tidak mau menjadi seorang pemimpin yang eksklusif, yang merasa paling rohani dibanding dengan yang lain, yang meng-klaim hanya dengan dia Tuhan berfirman dan dengan orang lain Tuhan tidak berfirman. Ini merupakan satu godaan yang luar biasa bagi Musa dan bagi setiap pemimpin-pemimpin spiritual dari jaman ke jaman.
RELASI KITA DENGAN TUHAN  
BUKANLAH RELASI KONSUMERISTIK

Area VIP, yang dinikmati-nya Bersama Tuhan, bukan hanya untuk dirinya semata. Ini malah membuat dirinya meminta lebih kepada Tuhan, yaitu penyertaan Allah untuk bangsa ini. {lihat Kasus 32:32-33}
Dari Percakapan Musa dengan Allah di. ay.11.Musa tahu dia special di hadapan Allah.  namun itu tidak ada artinya apa-apa bagi dia, jikalau:
Bangsa yang tegar tengkuk ini tidak mendapatkan kasih karunia dari Allah
Musa sangat tahu, dia special bagi Allah, tetapi apakah yang lain juga sama?
Musa berulang kali berkata “ini bangsa-Mu” (33:13,16 (2x))
Musa, walau pun marah besar, tetapi dia sayang bangsa-nya, sedih hatinya, melihat 3.000 orang terbunuh…
Sebab permintaan Musa dijawab oleh Allah (ay.14 engkau – dlm bentuk tunggal). lalu Musa minta belas kasihan dari Tuhan (32:30) agar Allah membimbing ‘kami’ (itu artinya, Bersama dengan umat-Nya”)…
Musa tidak putus asa, terus meminta.
Aplikasi: apa permintaan kita setelah mengalami ‘kelimpahan’ dari Tuhan? Musa setelah mengalami kelimpahan kasih-karunia,tetapi dia tidak memikirkan diri tetapi memikirkan orang lain.
Pertumbuhan rohani menjadi sia-sia, jikalau itu tidak memberkati orang lain.
Permohonan Musa ini bukanlah merupakan ancaman dari Musa kepada Tuhan, melainkan ini adalah pernyataan Musa yang mengakui bahwa dirinya serta segenap bangsa Israel tidak berdaya jikalau Tuhan tidak menyertai perjalanan mereka. Musa sadar bahwa tidaklah mudah berjalan keluar dari Mesir menuju tanah Kanaan tanpa campur tangan Tuhan. Jika saja Tuhan tidak memberikan manna sebagai makanan bangsa Israel, mungkin dalam waktu beberapa hari saja bangsa Israel sudah kelaparan. Itulah sebabnya Musa sangat bergantung kepada Tuhan.
Apa yang Musa katakan juga berlaku dalam kehidupan kita saat ini.
Ketika kita akan memasuki tahun 2019 ini, kita sungguh membutuhkan Tuhan.
Bagaimanakah kita dapat melewati hari demi hari, minggu demi minggu, bulan demi bulan, bahkan tahun demi tahun tanpa penyertaan Tuhan? Kita membutuhkan kasih karunia Tuhan untuk dapat melewati hari-hari kehidupan kita.
Satu-satunya masalah adalah: Kita ingin penyertaan Allah atau tidak sama sekali!
Satu-satunya perbedaan antara orang percaya dengan orang-orang yang tidak percaya dalam kehidupannya adalah adanya Tuhan yang berjalan beserta dengan setiap orang percaya melewati jalan kehidupannya.
Tak dapat dipungkiri lagi kita membutuhkan Tuhan untuk menuntun kehidupan kita setiap saat. Mari kita mengakui keterbatasan kita dan memohon pimpinan Tuhan untuk boleh menjalani kehidupan kita di dunia ini. Biarlah kita meminta kasih karunia Tuhan yang memampukan kita untuk terus berjalan mengiring Tuhan, serta meminta anugerah Tuhan untuk semakin memiliki hubungan yang intim dengan Tuhan. Mari kita bertumbuh dalam kasih karunia dan dalam pengenalan akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.

PENUTUP
Dalam saat teduh saya tgl.15 Nov, Tuhan menempalak saya, melalui renungan yang gumuli… yaitu dari pendahuluan Our Daily Bread, tentang seorang pelukis terkenal - Sigismund Goetze – Despised and Rejected of Men, yang mnggambarkan Yesus terabaikan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Bahan Komsel: MENJADI ORANG KRISTEN YANG MENULAR

“Persembahan Pembangunan Gereja”

“Keluarga yang Menjadi Kawan Sekerja Allah”